Dumai, 19/6 (ANTARA) - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kota Dumai, Riau, Hadib mengatakan, beberapa kejadian binatang buas harimau masuk kawasan perkampungan penduduk, merupakan tanda kerusakan parah pada kawasan hutan.
"Sejumlah kasus keluarnya harimau dari hutan merupakan tanda alam yang disampaikan harimau tentang kerusakan hutan," katanya di Dumai, Minggu, menanggapi kejadian harimau masuk Dusun Geniot, Kelurahan Basilam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai,
Kondisi tersebut kemudian mengakibatkan penyempitan hutan belantara yang merupakan habitat hewan buas dilindungi itu, ujarnya.
Kerusakan lingkungan mayoritas disebabkan oleh tangan-tangan serakah manusia seperti perambahan hutan, pembalakan liar, hingga pembakaran hutan dan lahan.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Dumai, Basri, mengatakan, kerusakan hutan juga merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik harimau "versus" manusia.
"Untuk itu, sebainya ada pembatasan lahan perkebunan. Sisakan memang seharusnya menjadi jatah dan tempat berlindung kawanan harimau," katanya.
Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Dumai merangkum, di lahan konservasi Sinepis yang berada di wilayah perbatasan antara Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Dumai telah beberapa kali terjadi konflik harimau dengan manusia.
Konflik pertamakali terjadi pada tahun 2002 dan terus berlanjut hingga tahun 2004. Konflik telah memakan korban jiwa enam orang penduduk desa yang tewas mengenaskan akibat dicabik-cabik kucing besar itu.
KSDA kala itu menerjunkan sejumlah ahli untuk menangkap kawanan harimau liar pemangsa manusia dan mengembalikannya ke habitat semula.
Setelah tujuh tahun kemudian, tepatnya Juni 2011, kawanan harimau liar kembali muncul kepemukiman warga tidak jauh dari kawasan konservasi Sinepis.
Belum ada korban jiwa pada konflik harimau-manusia kali ini, namun ratusan keluarga di Dusun Geniot , Kelurahan Basilam Baru, Kota Dumai, terus dihantui kecemasan karena hewas buas itu telah memangsa puluhan ekor ternak warga disana.