Jakarta (ANTARA) - Dewan Direksi Konsorsium Karet Internasional (the International Rubber Consortium/IRCo) kembali menggelar pertemuan di Bangkok, Thailand, untuk mengantisipasi pergerakan harga karet internasional.
Pertemuan itu membahas kelanjutan implementasi kesepakatan skema tonase ekspor (Agreed Export Tonnage Scheme/AETS) dalam mengantisipasi pergerakan harga karet internasional.
"Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Indonesia telah memenuhi ketentuan implementasi AETS dengan total ekspor sebesar 934,36 ribu ton,” ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kasan lewat keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut, lanjut Kasan, sesuai dengan perkiraan jumlah maksimum ekspor yang tertuang dalam Permendag No 779/2019. Dalam pertemuan tersebut, Thailand dan Malaysia juga mengonfirmasi pemenuhan implementasi AETS.
AETS merupakan kesepakatan di antara tiga negara anggota komite karet tripartit internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand untuk mengurangi volume ekspor karet alam sebanyak 240 ribu MT.
Implementasi AETS untuk Indonesia dan Malaysia berlangsung pada periode 1 April—31 Juli 2019, sementara Thailand pada 20 Mei—19 September 2019.
Dalam pertemuan ini, salah satu isu yang menjadi perhatian negara anggota ITRC adalah wabah penyakit gugur daun Pestaliopsis sp. Penyakit ini menjangkiti lahan perkebunan karet di Indonesia dan Peninsula Malaysia.
Saat ini, Thailand juga mewaspadai kemungkinan penyebaran penyakit tersebut ke wilayahnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta