Pekanbaru, 10/8 (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Pekanbaru menggelar ritual "Petang Megang" yang dilakukan sehari menjelang masuknya bulan suci Ramadhan 1431 Hijriah yang jatuh pada hari Rabu, 11 Agustus.
Ritual itu dilakukan dengan berziarah ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Senapelan, Pekanbaru, Selasa, yang merupakan pusara terakhir bagi para pendahulu yang dianggap telah berjasa bagi pembangunan Kota Pekanbaru seperti para pendidik, tokoh agama, mantan wali kota, dan lain-lain.
Selepas itu, ritual yang dilakukan oleh Wali Kota Pekanbaru H Herman Abdullah beserta unsur Muspida dilanjutkan dengan mendatangi Komplek Makam Marhum Pekan yang berada di Mesjid Raya Nur Alam yang terletak tak jauh dari TPU Senapelan.
Penjaga makam mengungkapkan, di komplek makam itu terdapat pusara para keturunan Kerajaan Siak yang telah berjasa dan menjadi pendiri Kota Pekanbaru, yakni Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah atau sultan kelima dari Kerajaan Siak yang menggantikan ayahnya, Sultan Abdul Jalil Alamuddinsyah, dan memerintah pada tahun 1780-1784 bergelar Marhum Pekan.
Pada masa beliau memimpin, pusat pemerintahan di Bukit Senapelan berkembang dengan pesat dan menjelma menjadi bandar (kota) yang ramai dikunjungi pedagang dari dari tanah Semenanjung Melaka dan Johor, Malaysia serta sejumlah daerah lain di Riau.
Untuk menampung arus perdagangan itu, maka sultan memerintahkan membangun Pekan (pasar) yang Baharoe (baru) dan dari nama Pekan Baharoe itu akhirnya menjadi Pekanbaru yang ditetapkan pada hari Selasa, 21 Rajab 1204 Hijriah atau bertepatan dengan 23 Juni 1784 Masehi.
Sususunan di Komplek Makam Marhum Pekan itu sendiri terdiri dari pusara Sayid Syarif Oesman, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah, Tengku Embong Badariah, Sultan Khadijad Binti Daeng Tirani, Sultan Abdul Jalil Alamuddinsyah dan Tengku Pangeran Kusuma Dilaga.
Usai melakukan ziarah dengan memanjatkan doa, Walikota Pekanbaru H Herman Abdullah yang juga bergelar Datok Tuah Sri Bandar, mengatakan, ritual "Petang Megang" merupakan salah satu yang harus dilestarikan saat dewasa ini.
"Arti dan makna dari 'Petang Megang' ini adalah untuk mengenang serta mendoakan secara bersama-sama kepada mereka yang telah berjasa terhadap pembangunan Kota Pekanbaru yang dilakukan sehari menjelang masuknya bulan puasa," ujarnya.
Meski ritual itu baru dimulai sejak tahun 2007, namun Pemko Pekanbaru telah menjadikan "Petang Megang" sebagai agenda tahunan bagi masyarakat dan pemerintah sehingga nantinya diharapkan menjadi salah satu daya tarik wisata di ibu kota Provinsi Riau itu.
Usai melakukan ziarah di Komplek Makam Marhum Pekan, para rombongan melakukan Sholat Ashar berjamaah di Mesjid Raya Nur Alam. Selepas menunaikan perintah wajib itu, mereka kemudian secara bersama-sama berjalan kaki menuju tepian Sungai Siak.
Di sungai itu, walikota beserta rombongan unsur muspida akan memandikan 10 orang pasang anak-anak dengan air limau yang memiliki arti membersihkan diri dan hati setiap hari terakhir pergantian bulan Syaban dan menyambut Ramadhan.
"Tradisi mandi air limau merupakan kebiasaan masyarakat Melayu yang dilakukan secara turun temurun setiap memasuki bulan Ramadan dan biasanya dilakukan pada sore terakhir sebelum melakukan shalat tarawih," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Pekanbaru, Dastrayani Bibra.