Petani Mengeluh Anjloknya Harga Kelapa Di Kabupaten Indragiri Hilir

id petani mengeluh, anjloknya harga, kelapa di, kabupaten indragiri hilir

Petani Mengeluh Anjloknya Harga Kelapa Di Kabupaten Indragiri Hilir

Istimewa

Tembilahan, (Antarariau.com) - Harga jual kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir, kian anjlok, akibat menurunnya harga kelapa membuat masyarakat khususnya para petani mengeluh.

Ardi, salah seorang petani kelapa mengaku lebih memilih tidak memanen hasil kebunnya meski sudah memasuki masa panen dari pada harus menanggung rugi dengan hasil yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan ongkos memanen.

"Kalau kita paksakan tetap dijual justru akan rugi. Memanen kelapa memerlukan biaya yang cukup besar, kalau hasil jualnya sedikit tidak akan sebanding dengan biaya yang kita keluarkan alias tekor," tutur Ardi, Rabu.

Dia memaparkan, untuk memanen kelapa setidaknya dia harus menyediakan ongkos sewa kendaraan (pompong) dan upah mengupas serta menyolak kelapa karena proses memanen tidak bisa dikerjakan sendiri.

Belum lagi lanjutnya, jika harus mengupah orang untuk membawa hasil panen tersebut ke perusahaan. Semua membutuhkan biaya yang cukup besar, sementara harga kelapa per kilogramnya harga berkisar Rp 800-900.

Untuk itu, dia meminta kepada pemerintah daerah agar memberikan perhatian serta mencarikan solusi terkait kondisi ini, apalagi hampir 80 persen perekonomian masyarakat Inhil bergantung di sektor perkebunan.

"Pemerintah mesti carikan solusi, karena juga sempat anjlok tapi alhamdulillah normal lagi, sekarang anjlok lagi seharusnya pemerintah melakukan hal yang sama untuk tetap mempertahankan kondisi itu," pintanya.

Sebelumnya, Ketua Komisi I DPRD Inhil, M Yusuf Said mengatakan bahwa salah satu penyebab anjloknya harga kelapa dikarenakan melimpahnya jumlah produksi kelapa setiap harinya.

Menurutnya, setiap hari hampir 10 juta butir kelapa siap dipanen, sementara di Inhil hanya ada lima perusahaan yang dapat menampung ketersedian kelapa tersebut.

"Perusahaan juga memiliki batas maksimal yang bisa mereka tampung, tidak semua bisa dibeli," ucap Yusuf Said.