Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan hasil pentiraan satelit pada Jumat pagi menunjukan Provinsi Riau nihil titik panas, yang selama ini menjadi indikasi kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan data BMKG dengan menggunakan Satelit Terra & Aqua tidak ada satu pun titik panas di Riau, bahkan juga di seluruh Sumatera.
"Sumatera, titik panas nihil," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sukisno.
BMKG menyatakan masyarakat kini justru perlu mewaspadai potensi hujan lebat di sejumlah daerah di Riau.
"Waspada hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang yang dapat terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kampar terutama pada sore dan malam hari," katanya.
Meski begitu, bukan berarti potensi kebakaran tidak ada lagi. Sebabnya, daerah di pesisir utara Riau seperti Kepulauan Meranti, Rokan Hilir, Dumai dan Bengkalis sangat minim peluang hujan.
Terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Karhutla. Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas dan luas Karhutla yang sangat signifikan. Data terakhir Satgas Karhutla Riau menunjukan luas lahan yang telah terbakar sejak 14 Januari mencapai sekitar 731,5 hektare.
Luas lahan terbakar kemungkinan besar terus bertambah, terutama didaerah pesisir. Sebelumnya, akademisi Universitas Riau menyebut kebakaran lahan gambut yang terjadi di Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, dalam beberapa pekan terakhir mencapai 1.224 hektare (Ha).
"Kami yakin dengan data yang kami peroleh. Estimasi luas lahan gambut terbakar di Meranti 1.224 hektare," kata Dr Sigit Sutikno ST, MT kepada Antara di Pekanbaru, Rabu (28/2).
Angka yang dikeluarkan oleh akademisi yang tergabung dalam tim restorasi gambut daerah (TRGD) tersebut jauh lebih tinggi dibanding data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau.
Berdasarkan data dari BPBD Riau per tanggal 26 Februari 2018, luas kebakaran lahan Meranti, tepatnya di Desa Lukun hanya 213 hektare.
Sigit menjelaskan data kebakaran gambut yang ia peroleh tersebut berdasarkan pemetaan yang dilakukannya selama 15 hari, sejak tanggal 9 hingga 24 Februari 2018. Diantaranya adalah menggunakan drone atau pesawat tanpa awak jenis UAV Drone DJI Phantom-4 Pro. Drone tersebut diterbangkan dengan ketinggian 100 meter dengan resolusi 2 sentimeter.
Selain itu, dosen Fakultas Teknik Universitas Riau tersebut juga menggunakan analisis Citra Satelit Landsat 8 serta menggunakan Global Positioning System.
Dia mengungkapkan telah diperoleh estimasi kebakaran yang mencapai lebih dari 1.224 hektare atau 600 persen lebih luas dibanding data dari BPBD, yang merupakan bagian dari Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla Riau.
Bahkan, data yang disampaikan oleh Sigit juga jauh lebih besar dibanding dengan data total luas kebakaran lahan yang terjadi di seluruh Riau.
Berita Lainnya
BMKG imbau masyarakat di beberapa daerah untuk waspadai potensi hujan lebat
15 April 2024 12:52 WIB
BMKG prakirakan beberapa wilayah berpotensi alami hujan lebat hingga karhutla
27 September 2023 10:22 WIB
BMKG nyatakan waspadai potensi hujan lebat untuk beberapa wilayah
26 May 2023 10:16 WIB
BMKG prakirakan hujan berpotensi mengguyur beberapa kota di Indonesia
25 March 2023 9:52 WIB
BMKG: Hujan diprakirakan mengguyur beberapa kota besar di Indonesia
07 January 2023 10:28 WIB
BMKG keluarkan peringatan hujan lebat berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia
09 March 2022 9:25 WIB
BMKG peringatkan waspadai hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia Senin ini
23 August 2021 9:57 WIB
BMKG prakirakan beberapa wilayah Indonesia berpotensi alami hujan lebat
12 August 2021 10:24 WIB