Awasi Katering Jamaah Haji Mulai Dari Dapur

id awasi, katering jamaah, haji mulai, dari dapur

 Awasi Katering Jamaah Haji Mulai Dari Dapur

Sambungan dari hal 1 ...

Tim Pengawas "Rewel"

Karena mungkin baru pertama kali, PPIH nampak sangat serius mempersiapkan makan siang untuk jamaah ketika mereka berada di Mekkah.

Tim pengawas katering yang dipimpin oleh Elmiyati nampak "rewel" memperingatkan dan memberi masukan kepada 23 perusahaan katering milik para pengusaha Arab Saudi itu agar menyediakan pesanan sesuai kontrak.

Salah satu pengawas lainnya, Noval, misalnya, setiap datang inspeksi ke dapur-dapur pengusaha katering itu selalu mengingatkan kepada pemilik maupun juru masaknya agar membaca resep masakan Indonesia yang sudah diberikan.

"Tolong pelajari resep yang ada di sini ya. Sudah terima kan kayak ini?" katanya kepada juru masak dari Indonesia yang bekerja di salah satu perusahaan katering yang letaknya dekat dengan Jabal Nur.

Ia menunjukkan satu bundel foto kopi bahan bertajuk "Menu Standar Resep dan Cara Pengolahan Makanan," yang dikeluarkan Tim Seleksi Katering Penyedia Konsumsi Jamaah Haji Indonesia di Arab Saudi Tahun 1436H/2015M.

Noval nampaknya khawatir betul terhadap juru masak, meskipun mereka asli dari Indonesia, belum menerima atau menguasai resep masakan yang dipesan panitia.

"Jangan sampai jamaah menerima masakan yang tidak sesuai baik rasa maupun jenis masakannya," ujar lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung tahun 2005 itu. Ada kasus di Madinah, PPIH menegur perusahaan katering karena tidak menyediakan menu dengan rasa Indonesia seperti dalam kontrak.

Padahal Pemerintah mewajibkan mereka, para perusahaan katering, memiliki juru masak utama dari Indonesia agar bisa membuat masakan sesuai selera lidah jamaah dari Tanah Air.

Namun, seperti yang terlihat pada kunjungan ke sejumlah perusahaan pada Selasa (25/8) lalu, ada perusahan katering yang ketika dikunjungi tidak terlihat juru masaknya yang berasal dari Indonesia. Yang ada hanya juru masak dengan logat melayu yang ternyata berasal dari Thailand atau Malaysia. Kalaupun ada orang Indonesia-nya, mereka nampak seperti pekerja dapur biasa, bukan juru masak.

Khawatir

Lain dengan Hendra dan Noval, Sukarno Prabowo justru menemukan hal lain yang cukup mengkhawatirkan ketika inspeksi ke dapur perusahaan katering.

"Ada perusahaan katering yang lokasinya jauh, hampir di luar kota Mekkah dan dapurnya berdebu seperti hanya dipakai setahun sekali pada musim haji," katanya usai melakukan inspeksi pada hari ke-3.

Bukan hanya soal kebersihan dapur, Bowo, sapaan Soekarno Prabowo, khawatir perusahaan katering tersebut tidak bisa memenuhi tenggat waktu pengiriman makanan makan siang yaitu sekitar pukul 09.30 sampai 11.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

"Apalagi Mekkah semakin padat dan jalan banyak yang ditutup menjelang puncak haji," ujarnya.

Pemerintah melalui PPIH mengontrak 23 perusahaan katering untuk menyediakan makan siang bagi 155.200 jamaah yang tersebar di 112 hotel di enam wilayah di Mekkah, yaitu Jarwal Misfalah, Mahbas Jin, Raudhah, Syisyah, dan Aziziah.

Tim pengawas katering memang memiliki agenda untuk melakukan inspeksi langsung ke dapur para perusahaan katering untuk mengetahui sarana dan prasarana yang mereka miliki mulai dari tempat penyimpanan bahan baku, pengolahan makanan, sampai pengepakan dan distribusi.

Hal itu, menurut Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis, harus dilakukan untuk menjamin kepastian kualitas dan pasokan makan siang bagi jamaah yang akan masuk ke Mekkah secara bertahap mulai 30 Agustus.

Ia secara langsung meminta petugas seksi katering memperketat pengawasan di dapur. "Sebab kalau (makanan) sampai di pemondokan ada masalah atau keluhan, (makanan) tidak bisa dikembalikan," kata Sri.

Untuk menekan kesalahan dan kecurangan, pihaknya telah menuliskan sanksi dalam kontrak bila perusahaan katering melanggar perjanjian. "Kami akan berikan sanksi sesuai dengan tingkat kesalahannya," ujar Sri.