Tiga Wapres Berbicara Pentingnya Pendidikan Dalam Pembangunan

id , tiga wapres, berbicara pentingnya, pendidikan dalam pembangunan

  Tiga Wapres Berbicara Pentingnya Pendidikan Dalam Pembangunan

Oleh Muhammad Razi Rahman

Jakarta, (Antarariau.com) - Dari berbagai ucapan yang dituturkan oleh tiga wakil presiden, yaitu Hamzah Haz (2001--2004), Jusuf Kalla (2004--2009, 2014--2019), dan Boediono (2009--2014), diperoleh benang merah mengenai pentingnya aspek pendidikan dalam pembangunan Republik Indonesia.

Wakil Presiden 2009--2014 Boediono mengatakan bahwa aspek pendidikan dan kesehatan merupakan dua kunci dari pembentukan manusia unggul sehingga kedua aspek itu sudah harus diprogramkan terpadu sejak kecil.

"Membentuk manusia yang unggul memang kuncinya dua, pendidikan dan kesehatan. (Keduanya) itu harus terpadu jangan sepotong-potong," katanya dalam wawancara khusus dengan Antara di Jakarta, Kamis (6/8), terkait dengan 70 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Menurut dia, kedua program tersebut harus terintegrasi sejak dini karena yang dibangun adalah kapasitas fisik atau jasmani dengan rohani.

Boediono mencontohkan bila ada orang yang fisiknya bagus, tidak diisi dengan pendidikan yang betul, isi orang tersebut juga kosong.

"Sejak kecil harus ada program yang diarahkan anak-anak kita bertahap mulai dari lahir, PAUD, SD, SMP, hingga SMA. Kalau diarahkan sejak perguruan tinggi itu, sudah terlambat," katanya.

Tokoh bangsa kelahiran Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943 itu juga mengingatkan tentang kondisi "stunting" atau terhambatnya pertumbuhan yang melanda relatif banyak anak.

Hal yang lebih parah, kata dia, bila "stunting" tidak hanya terjadi pada jasmani, tetapi juga "stunting" rohani, yaitu orang yang sehat tetapi kemampuan akal dan mentalnya tidak berkembang secara optimal.

Boediono juga mengemukakan masih relatif banyak orang yang berada di bawah kemampuan optimalnya.

"Membentuk manusia mental dan fisik secara optimal bisa kita tanya kepada diri sendiri apakah kita manusia yang optimal," katanya.

Ia juga menuturkan bahwa bisa saja sebenarnya tinggi dirinya, yaitu 168 sentimeter, sebenarnya juga "stunting" karena kalau pola gizi makan sudah baik sejak kecil, tingginya bisa saja saat ini mencapai 180 cm.

Boediono mengemukakan bahwa dirinya juga kerap sedih melihat atau mendengarkan kisah sejumlah anak-anak yang ditelantarkan atau dizalimi sehingga hal seperti itu seharusnya diambil alih negara.

Bersambung ke hal 2 ...