Pekanbaru (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau, Yantos S.IP, M.Si mendukung kalangan muda maju di kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 namun harus secara prosedural dan legal sehingga tidak menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat.
"Saya setuju ada calon dari kalangan muda, jadi ada yang mewakili untuk bisa dipilih generasi muda tersebut. Dengan adanya pasangan muda kita bisa melihat bagaimana gagasan dan ide-idenya ke depan," ucap Yantos saat ditemui ANTARA, Jumat.
Lanjut Yantos, sebagai calon pemimpin seharusnya mereka memiliki persiapan kompetensi, kapabilitas, bekal dan modal serta keahlian untuk masuk ke dunia politik yang akan dijalankannya. Namun saat ini orang lebih menampilkan elektabilitas.
"Calon pemimpin harus memenuhi syarat tidak masalah dari generasi muda atau tua. Mereka harus mempunyai kapabilitas, integritas dan popularitas, maupun akseptabilitas. Artinya, mereka merupakan orang-orang yang betul-betul bisa diterima masyarakat serta dapat bekerja sama sehingga tidak ada jurang pemisah," lanjut dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau ini.
Lebih lanjut, Yantos menilai masyarakat Indonesia belum memiliki budaya politik yang partisipasif sehingga perlu diedukasi agar mereka punya referensi untuk memilih calon pemimpin.
Ia mengatakan bagi pemilih pemula untuk tidak terlalu terpesona dengan penampilan para calon. "Kita lebih ke kualitas, jejak rekam bagaimana calon tersebut. Pertama yang paling penting integritas dan bermoral. Jangan terpengaruh dengan kata-kata dan janjinya. Apakah logis atau tidak yang disampaikannya akan terwujud. Kita juga harus melihat bagaimana kompetensi dan program yang bisa diwujudkan," paparnya.
Sementara untuk Pemilu 2024, Yantos memprediksi golongan putih (golput) akan rendah karena sudah nampak antusias masyarakat dengan pilihannya masing-masing. Karena pilihan sudah ada, masyarakat bisa melihat calon yang sudah ditampilkan dan mendapatkan referensi yang cukup luas sebelum menentukan pilihan.
"Pilihan capres dan cawapres jangankan tiga. Lima calon pun saya setuju karena masyarakat lebih banyak pilihan siapa yang akan menjadi pemimpinnya. Tinggal persoalannya apakah pilihan itu sesuai dengan partisipasi yang berkualitas," tutur Yantos menanggapi sudah adanya tiga pasangan yang mendaftar sebagai Capres dan Cawapres untuk Pilpres 2024.
Selanjutnya, terkait peran mahasiswa dalam pemilu Yantos menyebutkan ada tiga hal yang harus dilakukan yakni memiliki partisipasi dalam memilih. Artinya harus ikut dan tidak ada yang golput dalam pemilihan.
Kemudian, mahasiswa harus memiliki jiwa kritis, bisa mengawasi level tingkatan pemilihan tersebut meskipun ada petugasnya. Dan mahasiswa harus berani menyuarakan adanya kecurangan atau ketimpangan yang tidak sesuai dengan peraturan melalui saluran yang tepat.
"Dan terakhir, jangan mau terpecah belah hanya karena pilihan. Silahkan bela pilihan masing-masing tetapi tetap hormati pilihan orang lain. Jangan saling menjelekkan dan menyebar hoaks serta awasi pelaksanaan (pemilu) ini supaya jujur dan adil," tutup Yantos.
Pengamat politik UIN Suska : Jangan terpecah belah karena pilihan
Silahkan bela pilihan masing-masing tetapi tetap hormati pilihan orang lain,