Wamentan: Petani Riau Jangan Beli Bibit Palsu

id wamentan petani, riau jangan, beli bibit palsu

Wamentan: Petani Riau Jangan Beli Bibit Palsu

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Wakil Menteri Pertanian RI Dr Rusman Heriawan meminta petani di Riau agar jangan lagi membeli bibit sawit palsu karena akan sangat mempengaruhi penurunan produksi sawit, apalagi Riau merupakan daerah yang memiliki lahan terluas perkebunan di Indonesia.

"Ini tidak boleh lagi terjadi, sebab pembelian bibit sawit palsu bisa mempengaruhi produksi sawit secara nasional dan sumbangan Riau paling besar karena memiliki lahan sawit terluas pertama di Indonesia," kata Wamentan RI Rusman Heriawan di Pekanbaru, Kamis.

Ia mengatakan itu ketika berbicara sebagai "key note speaker" dalam Musda ASPEK PIR ketiga Riau dan seminar nasional, digelar 27-28 Februari 2014 yang diikuti 400 peserta berasal dari petani plasma, ASPEKPIR, serta perusahaan besar, instansi terkait lainnya.

Menurut Mentan, selama ini petani sawit cenderung membeli bibit Aspal (asli tapi palsu,red), dengan pemikiran tingkat petani kalau ada yang murah kenapa beli yang mahal.

Padahal, katanya lagi, dengan menggunakan bibit palsu, petani selama empat tahun mempertaruhkan untung dan rugi produksi kebunnya sendiri dan yang rugi pada akhirnya adalah petani juga.

"Ini menjadi tanggungjawab pemerintah daerah dan perusahaan besar untuk membina petani agar tidak lagi membeli bibit palsu karena berdampak terhadap produksi secara keseluruhan untuk sawit Indonesia," katanya dan menambahkan kebijakan ini diperlukan lebih untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, kata Wamentan lagi, pihaknya sedang mendiskusikan program replanting sehingga ada ada inovasi di kebun swadaya seperti inovasi yang dilakukan PT Sinarmas mengenai pembiayaan replanting dan termasuk juga untuk biaya hidup petani.

Paling tidak, katanya empat tahun replanting berpengaruh terhadap beban biaya hidup petani sehingga tanaman hortikultura dan kacang-kacangan akan membantu kebutuhan biaya hidup petani.

"Saat menunggu umur replanting tanaman mulai berproduksi, petani bisa hidup dengan menjual produksi tananaman tumpang sari itu," katanya.