PTPN V inisiasi roadmap pengembangan dekarbonisasi
Pekanbaru (ANTARA) - Anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara III Persero yang beroperasi di Bumi Lancang Kuning, Provinsi Riau, menginisiasi pengembangan sumber energi baru terbarukan melalui program dekarbonisasi secara masif selama tiga tahun terakhir.
Chief Executive Officer PTPN V, Jatmiko Santosa dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru, Selasa (8/11/2022) mengatakan perusahaan yang mengalami perkembangan signifikan selama tiga tahun terakhir tersebut tercatat memiliki lima pembangkit tenaga biogas.
Hal itu menjadikan PTPN V sebagai perusahaan perkebunan milik negara terbesar yang mengelola pembangkit biogas se lingkungan holding Perkebunan Nusantara dengan memanfaatkan gas metana dari limbah cair kelapa sawit atau palm oil mill effluent (POME).
"Keberadaan PTBg ini sejalan dengan program strategis nasional (PSN) tentang dekarbonisasi PTPN Grup serta selaras dengan komitmen Indonesia dalam melaksanakan dekarbonisasi menuju Indonesia Net Zero Emissions pada 2060 mendatang," kata Jatmiko.
Strategi PTPN V dalam pengembangan biogas tersebut mendapat atensi dari PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) dengan melakukan kunjungan penelitian ke sejumlah pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) PTPN V belum lama ini.
Peneliti PT RPN mengatakan bahwa PTPN V telah memanfaatkan biogas dengan sangat baik melalui pengembangan EBT bersama dengan pihak terkait, mulai dari perguruan tinggi hingga Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"PTPN V memiliki cukup banyak (pembangkit) Biogas, baik untuk pemanfaatan sebai PLTBg dan juga sebagai Cofiring. Pemanfaatan Biogas di PTPN 5 sangat baik, kedepannya agar lebih dapat menurunkam emisi karbon," kata Kadiv Produksi dan Investasi RPN, M Akmal.
Untuk itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan di PTPN V dengan mengunjungi tiga pabrik kelapa sawit (PKS), yakni Sei Pagar, Lubuk Dalam, dan Terantam tersebut, pihaknya akan menyusun road map pengembangan dekarbonisasi secara lebih luas.
"Dari penelitian ini, PT RPN akan membuat roadmap dekarbonisasi lebih luas untuk holding PTPN," ujarnya.
Jatmiko kembali menjelaskan bahwa pembangunan PTBg sejalan dengan program reduksi emisi perusahaan. Terutama dalam upaya mengurangi potensi gas rumah kaca dalam satu siklus budidaya perkebunan mulai dari pengambilan raw material, proses produksi, hingga pengelolaan limbah.
“Sejalan dengan grand strategy perusahaan untuk menghasilkan produk ‘sustainable plus palm oil’ yang mulai diimplementasikan sejak 2019, upaya dekarbonisasi menjadi salah satu program yang terus kita akselerasi,” katanya.
Hingga kini, tercatat lima dari 12 pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN V telah memiliki pembangkit biogas. Sementara satu instalasi PTBg lainnya tengah dalam tahap pembangunan dan diproyeksikan rampung triwulan pertama 2023 mendatang.
Perusahaan negara yang memproduksi crude palm oil, palm kernel oil, dan palm kernel meal itu mulai membangun pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) pertama di unit kebun PKS Tandun, Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Pembangkit pertama di PTPN Grup tersebut mengkonversi limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) menjadi listrik berkapasitas 1,6 MW.
Selanjutnya pembangkit kedua ada di PKS Terantam berkapasitas 0,7 MW hasil kerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang saat ini berada di bawah BRIN.
“Pada fasilitas PLTBG Terantam ini telah dibangun pilot project Bio-methane Compressed Natural Gas/Bio-CNG yang mampu memurnikan methane sehingga hasilnya cocok untuk kendaraan ataupun gas rumah tangga,” tutur Jatmiko.
Kemudian empat pembangkit tenaga biogas (PTBg) yang mulai beroperasi secara bertahap sejak 2021 lalu berlokasi di PKS Sei Pagar, PKS Lubuk Dalam, PKS Tapung, dan PKS Rokan.
Secara umum, Holding Perkebunan Nusantara sendiri saat ini tercatat memiliki 10 unit instalasi Biogas Plant, dengan lima diantaranya berada di Riau.
Pemanfaatan limbah menjadi energi listrik maupun gas, sejalan dengan program pemerintah untuk terus membantu menggerakkan sirkular ekonomi dan menekan pencemaran tanah maupun udara serta program reduksi emisi CO2.
Holding Perkebunan Nusantara III Persero menargetkan beragam program dekarbonisasi serta pemanfaatan EBT PTPN Grup diproyeksikan mampu menekan emisi karbon hingga 36 persen pada 2030 dan mencapai net zero emission sebelum 2060 mendatang.
Chief Executive Officer PTPN V, Jatmiko Santosa dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru, Selasa (8/11/2022) mengatakan perusahaan yang mengalami perkembangan signifikan selama tiga tahun terakhir tersebut tercatat memiliki lima pembangkit tenaga biogas.
Hal itu menjadikan PTPN V sebagai perusahaan perkebunan milik negara terbesar yang mengelola pembangkit biogas se lingkungan holding Perkebunan Nusantara dengan memanfaatkan gas metana dari limbah cair kelapa sawit atau palm oil mill effluent (POME).
"Keberadaan PTBg ini sejalan dengan program strategis nasional (PSN) tentang dekarbonisasi PTPN Grup serta selaras dengan komitmen Indonesia dalam melaksanakan dekarbonisasi menuju Indonesia Net Zero Emissions pada 2060 mendatang," kata Jatmiko.
Strategi PTPN V dalam pengembangan biogas tersebut mendapat atensi dari PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) dengan melakukan kunjungan penelitian ke sejumlah pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) PTPN V belum lama ini.
Peneliti PT RPN mengatakan bahwa PTPN V telah memanfaatkan biogas dengan sangat baik melalui pengembangan EBT bersama dengan pihak terkait, mulai dari perguruan tinggi hingga Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"PTPN V memiliki cukup banyak (pembangkit) Biogas, baik untuk pemanfaatan sebai PLTBg dan juga sebagai Cofiring. Pemanfaatan Biogas di PTPN 5 sangat baik, kedepannya agar lebih dapat menurunkam emisi karbon," kata Kadiv Produksi dan Investasi RPN, M Akmal.
Untuk itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan di PTPN V dengan mengunjungi tiga pabrik kelapa sawit (PKS), yakni Sei Pagar, Lubuk Dalam, dan Terantam tersebut, pihaknya akan menyusun road map pengembangan dekarbonisasi secara lebih luas.
"Dari penelitian ini, PT RPN akan membuat roadmap dekarbonisasi lebih luas untuk holding PTPN," ujarnya.
Jatmiko kembali menjelaskan bahwa pembangunan PTBg sejalan dengan program reduksi emisi perusahaan. Terutama dalam upaya mengurangi potensi gas rumah kaca dalam satu siklus budidaya perkebunan mulai dari pengambilan raw material, proses produksi, hingga pengelolaan limbah.
“Sejalan dengan grand strategy perusahaan untuk menghasilkan produk ‘sustainable plus palm oil’ yang mulai diimplementasikan sejak 2019, upaya dekarbonisasi menjadi salah satu program yang terus kita akselerasi,” katanya.
Hingga kini, tercatat lima dari 12 pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN V telah memiliki pembangkit biogas. Sementara satu instalasi PTBg lainnya tengah dalam tahap pembangunan dan diproyeksikan rampung triwulan pertama 2023 mendatang.
Perusahaan negara yang memproduksi crude palm oil, palm kernel oil, dan palm kernel meal itu mulai membangun pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) pertama di unit kebun PKS Tandun, Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Pembangkit pertama di PTPN Grup tersebut mengkonversi limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) menjadi listrik berkapasitas 1,6 MW.
Selanjutnya pembangkit kedua ada di PKS Terantam berkapasitas 0,7 MW hasil kerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang saat ini berada di bawah BRIN.
“Pada fasilitas PLTBG Terantam ini telah dibangun pilot project Bio-methane Compressed Natural Gas/Bio-CNG yang mampu memurnikan methane sehingga hasilnya cocok untuk kendaraan ataupun gas rumah tangga,” tutur Jatmiko.
Kemudian empat pembangkit tenaga biogas (PTBg) yang mulai beroperasi secara bertahap sejak 2021 lalu berlokasi di PKS Sei Pagar, PKS Lubuk Dalam, PKS Tapung, dan PKS Rokan.
Secara umum, Holding Perkebunan Nusantara sendiri saat ini tercatat memiliki 10 unit instalasi Biogas Plant, dengan lima diantaranya berada di Riau.
Pemanfaatan limbah menjadi energi listrik maupun gas, sejalan dengan program pemerintah untuk terus membantu menggerakkan sirkular ekonomi dan menekan pencemaran tanah maupun udara serta program reduksi emisi CO2.
Holding Perkebunan Nusantara III Persero menargetkan beragam program dekarbonisasi serta pemanfaatan EBT PTPN Grup diproyeksikan mampu menekan emisi karbon hingga 36 persen pada 2030 dan mencapai net zero emission sebelum 2060 mendatang.