Legenda Bawang Merah dan Putih di Era Demokrasi

id legenda bawang, merah dan, putih di, era demokrasi

Legenda Bawang Merah dan Putih di Era Demokrasi

Pekanbaru (antarariau.com) - Cerita rakyat tentang bawang butih dan bawang merah yang mengisahkan kehidupan seseorang yang lembut dan baik hati namun dikelilingi oleh para pemeran antagonis yang kerap menabur rasa iri hati dan benci setakat ini masih menjadi legenda.

Kisah tentang kekisruhan satu keluarga itu bahkan kini telah 'berevolusi' menjadi hal yang nyata bagi khalayak. Berbeda kisah, cerita bawang merah dan bawang putih di era demokrasi kali ini adalah benar-benar terkait bahan kebutuhan pokok masyarakat yang kerap diracik menjadi bumbu masakan khas.

Berbagai media massa baik televisi, cetak maupun media online sejak satu pekan ini menjadikan bawang merah dan bawang putih sebagai lakon utama yang disajikan kehadapan publik.

Ragam media itu juga kerap mengukirkan sebuah judul tentang kondisi mahalnya harga dua jenis umbi-umbian itu. Tidak tanggung-tanggung, harga bawang merah dan bawang putih di berbagai pasar tradisional di tanah air kian melejit, hingga mengalami kenaikan lebih dari lima kali lipat dibandingkan harga normalnya.

Seperti di Denpasar, Bali, harga bawang putih yang tadinya hanya berkisar Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per kilogram, terakhir menembus angka Rp80 ribu per kg. Sementara untuk harga bawang merah, pada wilayah yang sama, dikabarkan mencapai Rp65 ribu per kg, atau naik dibandingkan harga normalnya yang hanya berkisar Rp18 ribu per kg.

Sementara di Klaten dan Sukabumi, Jawa Tengah, harga bawang putih juga mengalami kenaikan yang signifikan, dari kisaran Rp16 ribu kini menjadi Rp65 ribu per kg.

Beralih ke Kalimantan, harga bawang merah dan bawang putih di berbagai wilayah di sana juga mengalami kenaikan yang begitu signifikan.

Semisal di pasar-pasar tradisional Palangkaraya, harga bawang putih sudah menembus Rp100.000 per kg. Sementara di Pasar Besar Palangkaraya harga bawang mengalami kenaikan setiap hari, dimana untuk bawang merah yang semula Rp40.000 kini menjadi Rp70.000 per kg.

Tidak tanggung-tanggung, di wilayah Sulawesi Selatan tepatnya di Makasar, harga bawang merah mengalami kenaikan hingga tiga kali dalam sepekan terakhir.

Yang paling menonjol yakni untuk bawang putih, perkarungnya sekarang bahkan mencapai lebih Rp1 juta atau naik dua kali lipat dibandingkan normalnya yang hanya Rp500 ribu.

Untuk di sejumlah wilayah Sumatra, meliputi Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi, Sumatra Barat dan Sumatra Utara termasuk Provinsi Riau, kenaikan harga bawang merah dan bawang putih juga berkisar empat hingga lima kali lipat dari harga normal.

Komentar Elite

Ragam kalangan elite menyeruak berbagai indikasi penyebab mahalnya harga bawang merah dan bawang putih di pasar dalam negeri.

Anggota DPR RI Komisi IV Mamur Hasanuddin di Jakarta misalnya, mengungkapkan kenaikan dua jenis sayuran tanaman umbi tersebut disebabkan kinerja importir yang tidak profesional dan koordinasi yang lemah dari pemerintah terkait data produksi dan permintaan pasar bawang putih dan merah di tanah air.

Dia menilai, membuka 'keran' impor lebih besar bukan solusi yang tepat karena melonjaknya harga bawang putih disebabkan alur distribusi yang buruk di pasar karena ulah importir yang tidak melengkapi dokumen administrasi.

Pemerintah harus mendesak importir melengkapi seluruh persyaratan sesuai prosedur dan tidak ada pengecualian agar kontainer bawang dapat keluar dari pelabuhan.

Di sisi lain, kata dia, pemerintah harus berinisiatif menyerap bawang-bawang hasil pertanian lokal, minimal hal itu bisa mengurangi kelangkaan bawang dipasaran.

Sebuah lembaga riset independent "Institute for Development of Economics and Finance" (INDEF) menduga kenaikan harga bawang disebabkan permainan pihak tertentu untuk mencari keuntungan. Hal itu menurut lembaga ini karena kenaikan harga bawang merah dan bwang putih mendadak ketika ada wacana mengurangi impor produk holtikultura.

"Mungkin para kartel-karter mafia impor mulai bermain untuk mendapatkan keuntungan besar. Apalagi mereka memiliki penentu harga yang mengetahui kapan waktu yang cocok untuk menaikan harga," kata Direktur INDEF Enny Sri Hartarti di Jakarta.

Sementara Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Riau menyatakan mahalnya harga bawang di sejumlah pasar dalam negeri disebabkan terkontaminasi oleh hasil pertanian asing yang kemudian memonopoli harga.

Apapun ceritanya, jangan sampai bawang putih dan bawang merah turut menjadi legenda akibat terkontaminasi sepenggal kesalahan dan adanya kepentingan pihak-pihak tertentu. Dua produk pertanian ini harus diberdayakan seiring tingginya kebutuhan masyarakat.