25 Hari Menempuh Jalan Suaka

id 25 hari, menempuh jalan suaka

Sekelompok pria dan wanita dewasa terbaring berjajar di sebuah lapangan badminton pada kompleks Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru, Rabu (19/9).

Kebanyakan pria dan wanita ini agaknya begitu nyenyak hingga tak terganggu dengan suara bising alat masak orang lainnya yang berjarak sekitar sepuluh meter.

Namun, beberapa akhirnya terjaga dari kepulasan setelah seorang pejabat Rudenim Pekanbaru yang datang bersama seorang wartawan menghampiri dan menyapa.

Seorang diantaranya memperkenalkan diri, mengaku bernama Dhas. Kemudian menyusul seorang lainnya juga turut mengulurkan tangan dan berjabat sambil memperkenalkan diri dengan nama Kumar.

"Saya sudah sekitar tujuh hari ada di sini," kata Dhas dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar.

Siang itu, para warga asing ini tampak begitu kumuh dengan pakaian yang serba kusut. Bahkan gelombang rambut mereka juga tampak begitu berantakan.

Dhas sempat menetap di Malaysia selama kurang lebih enam bulan.

Sementara Kumar berusaha untuk menyampaikan beberapa penggal kalimat, namun tatanan bahasa yang disampaikan basih belum jelas dan sulit dimengerti.

"Kami dari Sri Lanka. Datang ke sini tidak, tidak ada arah. Untuk perjalanan jauh," kata Kumar berusaha menceritakan kisah nyata yang baru saja dilaluinya.

Dhas kemudian dengan bahasa yang jelas kemudian mengembangkan cerita Kumar yang cukup kaku itu.

Ia mengakui tiba di Rudenim Pekanbaru secara tidak sengaja setelah kapal yang ditumpanginya terdampar di Pulau Mentawai, Sumatra Barat, pada awal September lalu.

"Ceritanya sangat panjang," kata pria bertubuh kekar ini dengan semangat.

Sebelum terdampar di Mentawai, Dhas bersama Kumar dan puluhan warga negara Sri Lanka lainnya sempat menempuh perjalanan panjang.

Selama 25 hari, mereka harus menghadapi terjangan ombak dan dinginnya malam di tengah laut lepas.

"Tujuan kami sebenarnya adalah Australia," kata Dhas.

Namun nasib akhirnya menepikan kapal mereka ke Mentawai setelah bahan bakar armada laut yang mereka tumpangi itu kian menipis.

"Tidak hanya satu kapal, tapi kami ada dua kapal yang berlayar secara sama-sama," katanya lagi.

Dhas mengaku berada satu kapal dengan 47 warga negara Sri Lanka lainnya. Delapan orang siantaranya merupakan kaum wanita.

Ia bersama sejumlah teman seperjuangannya mengaku harus turun dari kapal karena kehabisan stok makanan dan minuman.

Sesampai di darat, Dhas mengakui sempat bertemu dengan beberapa warga tempatan. Namun ketika itu, keberadaan mereka diketahui oleh petugas kepolisian perairan setempat yang pada akhirnya memproses keimigrasian para pencari suaka.

"Tidak lama diproses kami kemudian dikirim ke sini (Rudenim Pekanbaru)," katanya.

Sementara satu kapal lainnya yang diakui Dhas berisikan sebanyak 83 imigran lainnya memilih tetap berada di kapal karena stok makanan dan minuman yang masih mencukupi.

"Mereka akan kembali bergerak ke Australia kalau sudah dapat bahan bakar kapal," katanya.

Menunggu Izin

Kepala Rudenim Pekanbaru Fritz Aritonang mengatakan Dhas beserta puluhan warga negara Sri Lanka lainnya itu telah berada di Rudenim sejak tanggal 12 September silam.

"Pengiriman mereka ke Rudenim Pekanbaru dirujuk oleh Keimigrasian Sumatra Barat. Saat ini mereka hanya tinggal menunggu izin atau hak suaka mereka," katanya.

Sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku terkait keimigrasian, demikian Fritz, bahwa setiap warga negara asing atau pencari suaka yang telah menginjakkan kaki ke daratan Indonesia Air, harus menjalani proses atau prosedur yang berlaku di negara ini.

"Sementara untuk yang masih berada di dalam kapal, negara belum bisa memprosesnya," kata dia.

Diakui Fritz, kedatangan lebih dari 40 imigran pencari suaka asal Sri Lanka itu menambah kepadatan Rudenim Pekanbaru yang mulai kelebihan kapasitas.

Tadinya kata dia, jumlah imigran di Rudenim masih berkisar kurang dari 150 orang. "Dengan adanya penambahan ini, maka kepadatan bertambah. Harusnya kapasitas normal hanya menampung sebanyak 160 orang, saat ini sudah mencapai 185 orang imigran," katanya.

Fritz menguraikan, selain ada sebanyak 48 pencari suaka asal Sri Lanka, saat ini di Rudenim Pekanbaru juga dipadati oleh sebanyak 52 WN Afghanistan.

Kemudian kata dia, juga ada sebanyak 29 WN Iran, 17 Iraq, 13 Myanmar, 12 Palestina, sembilan Pakistan dan ada lima orang WN Suriah.

"Seluruhnya merupakan para pencari suaka dengan negara tujuan rata-rata Australia," katanya.

Fritz juga mengatakan, demi suaka setelah negara asal mereka mengalami gejolak konflik politik, para imigran rela berbuat apa saja. Termasuk menempuh perjalanan selama 25 hari demi mencapai negara tujuan yakni Australia.