Pekanbaru (ANTARA) - Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID- 19 Riau, dr Indra Yovi mengatakan realisasi vaksinasi di masyarakat setempat untuk golongan umum dan lansia masih rendah karena adanya miskomunikasi dan hoaks soal vaksin.
"Jadi masih banyak orang tua dan saudara-saudara kita yang takut akibat hoaks yang terjadi," kata Indra Yovi di Pekanbaru, Selasa.
Dikatakan Indra sejauh ini realisasi vaksinasi COVID-19 Provinsi Riau, baik tahap pertama dan kedua untuk masyarakat umum, termasuk lanjut usia progresnya tergolong rendah.
"Kalau untuk tenaga kesehatan dan pelayan publik cukup tinggi," katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau, untuk capaian vaksinasi COVID-19 bagi nakes dengan sasaran 32.923 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 35.225 (107 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 32.257 (98 persen).
Sedangkan capaian vaksinasi COVID-19 bagi Lansia dengan sasaran 582.505 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 52.371 (8,99 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 32.135 (5,52 persen).
Kemudian capaian vaksinasi COVID-19 bagi pelayan publik dengan sasaran 349.418 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 444.919 (127,33 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 257.995 (73,84 persen).
Terakhir capaian vaksinasibagi masyarakat umum dengan sasaran 3.452.440 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 252.642 (7,32 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 115.259 (3,34 persen).
"Jika dilihat secara keseluruhan target vaksinasi untuk empat kelompok itu, maka sasaran vaksinasi sebanyak 4.417.286 jiwa. Sedangkan realisasi vaksin sampai tahap kedua baru 437.646 orang atau baru 10 persen," katanya.
Dia menyebut, banyak masyarakat tidak mau divaksin karena komorbid (penyakit penyerta). Kemudian ditambah lagi informasi hoaks.
Ia mengajak para tokoh dan pelayan masyarakat untuk menyosialisasikan program vaksinasi ini, guna memutus mata rantai penularan virus yang mematikan tersebut. Selain tetap menyuarakan disiplin pada protokol kesehatan (prokes) 5 M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mencegah mobilitas interaksi.
"Jangan takut kalau punya komorbid. Apakah kita punya komorbid serta merta tidak boleh divaksin, tidak begitu. Yang menentukan komorbid boleh tidak boleh divaksin itu tenaga kesehatan, nanti ada pemeriksaannya. Misal dia punya diabetes tidak mau divaksin. Karena banyak juga pasien diabetes yang belum divaksin meninggal," katanya.
Indra Yovi menambahkan, kini banyak informasi hoaks terkait vaksin yang tersebar melalui media sosial.
"Konten hoaks vaksin ada 1.810 hoaks, diantaranya di Facebook 1.467 hoaks, kemudian di Instagram 11 hoaks, Twitter 96 hoaks, Youtube 41 hoaks, dan TikTok 15 hoaks," pungkasnya.
Baca juga: Tingkatkan imun tubuh Nakes Riau akan divaksin ketiga
Berita Lainnya
Capaian target vaksin anak di Siak rendah, Kadis salahkan medsos
25 January 2022 20:10 WIB
Vaksinasi di Meranti masih rendah
26 August 2021 17:04 WIB
Vaksinasi masih rendah, Polres dan Pemda Meranti langsung turun
31 May 2021 11:13 WIB
Kabinda Riau ajak pers perangi hoaks dan sadarkan masyarakat pentingnya vaksin
04 August 2022 21:19 WIB
Korlantas Polri sebut syarat bikin SIM-SKCK wajib vaksin itu berita bohong atau hoaks
21 June 2021 13:41 WIB
Polisi Gresik kejar penyebar hoaks vaksinasi terkait tewaskan Kasdim 0817
18 January 2021 14:41 WIB
Siap divaksin COVID-19, Ayat Cahyadi: waspada hoaks soal vaksin
08 January 2021 18:34 WIB
Gawat, tempat tidur COVID-19 di Pekanbaru penuh
29 April 2021 17:27 WIB