WWF: Fenomena Crowding Harimau Akibat Penghancuran Hutan

id wwf fenomena, crowding harimau, akibat penghancuran hutan

Pekanbaru, 10/5 (ANTARA) - Organisasi perlindungan satwa WWF menyatakan telah terjadi fenomena penumpukan populasi harimau Sumatera yang juga disebut fenomena "crowding" di satu kawasan akibat aktivitas penghancuran hutan yang terus terjadi di Provinsi Riau.

"Fenomena bertumpuknya populasi harimau pada satu kawasan hutan yang tutupannya masih bagus, atau dalam istilah ilmiah disebut fenomena 'crowding', diduga antara lain disebabkan oleh perubahan drastis tutupan hutan di kawasan hutan tersebut," kata Koordinator Tim Riset Harimau WWF-Indonesia Program Riau, Karmila Parakkasi, di Pekanbaru, Selasa.

Menurut dia, fenomena 'rowding' tersebut biasanya terjadi dalam ekologi satwa ketika terjadi penyempitan habitat secara cepat.

Dari penelitian WWF, populasi harimau Sumatera bertumpuk pada satu kawasan hutan yang masih bagus tutupannya, termasuk pada kawasan hutan produksi terbatas, hutan lindung, kawasan lindung berdasarkan RTRWP Riau.

Serta kawasan hutan yang berada di dalam area kerja konsesi hutan tanaman industri PT Lestari Asri Jaya (LAJ) yang belum beroperasi. PT LAJ merupakan bagian dari Barito Pacific Group, mitra potensial Asia Pulp & Paper (APP)/Sinar Mas Group.

Dalam dua bulan terakhir, kata dia, kamera foto dan video otomatis WWF berhasil merekam sedikitnya 12 individu harimau Sumatera di bagian barat blok hutan Bukit Tigapuluh di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau dan Kabupaten Tebo, Jambi.

Menurut hasil survei bulan Maret dan April lalu, keluarga harimau pertama yang terdiri dari seekor induk dan seekor anak harimau terfoto pada 24 Maret 2011 di koridor satwa Bukit Tigapuluh-Rimbang Baling.

Pada 4 April 2011, sekitar 10 km jaraknya dari lokasi kamera pertama, terekam video keluarga harimau kedua, yaitu seekor induk dan tiga anaknya. Video tersebut berhasil merekam gambar spesies ini selama total sekitar lima menit.

"Selain video dan foto dari dua keluarga harimau tersebut, kami juga berhasil mendokumentasikan sebanyak 47 foto harimau, enam diantaranya telah teridentifikasi sebagai individu berbeda," katanya.

Dalam foto dan video yang didapatkan terakhir oleh WWF, tampak diantaranya dua keluarga kucing besar yang terdiri dari dua ekor harimau betina dan total empat ekor anak sedang bermain-main di depan kamera.

"Bukti rekaman video yang sangat jarang didapatkan ini memperkuat kesimpulan mendesaknya perlindungan hutan alam yang tersisa di kawasan koridor satwa Bukit Tigapuluh-Bukit Rimbang Baling yang saat ini terancam pembukaan hutan secara masif," katanya.