Jakarta (ANTARA) - Kendaraan berjenis Sport Utility Vehicle (SUV) pada saat ini memiliki konsumen yang cukup banyak, hampir semua pabrikan otomotif roda empat memproduksinya dan berlomba untuk memasarkan kendaraan SUV.
Deputy Director Marketing Communication Mercedes-Benz Indonesia, Hari Arifianto juga mengungkapkan, terdapat beberapa merek yang dulu enggan untuk memasuki segmen ini , tapi pada akhirnya mereka juga harus mengalah dengan idealisme mereka sendiri.
Baca juga: Hyundai hadirkan SUV pertama bermesin diesel 3.000cc, ini penampakannya
"Kalau kita lihat tren global memang larinya ke SUV. Bahkan kalau teman-teman perhatikan, produsen yang dulu istilahnya haram kalau masuk ke SUV bikin juga akhirnya. Jadi kita nggak bisa pungkiri," ungkap Deputy Director Marketing Communication Mercedes-Benz Indonesia, Hari Arifianto kepada awak media di Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/1).
Hari juga mengatakan, tren SUV ini juga berkembang untuk pasar otomotif di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan. Karena Indonesia sendiri memiliki kontur untuk dilalui kendaraan tersebut.
"Demikian juga di Indonesia. Selain dari tren dunia, kontur di Indonesia sendiri memang lebih berwarna. Sehingga kalau kita pingin punya satu mobil yang bisa representatif all the activities, akan pilih SUV," kata Hari.
Tren positif tersebut juga diikuti oleh produsen kendaraan asal Jerman, yakni Mercedes-Benz. Menurut dia Mercedes-Benz memiliki kendaraan SUV yang cocok untuk digunakan dalam segala kondisi dan lebih memudahkan setiap pemiliknya untuk membawa SUV tersebut dalam berbagai kesempatan.
"Apalagi untuk Mercedes-Benz. Udah SUV, Mercedes-Benz pula, mau dibawa kondangan bisa, business meeting bisa, buat liburan bersama keluarga bisa juga. Jadi lebih all purpose ya," jels Hari.
Mercedes-Benz yang juga ikut bermain dengan kelompok SUV, memiliki perkembangan pasar yang cukup signifikan. Mercedes dulu tidak menginjakkan jejaknya di pasar SUV, mereka hanya menyediakan line up varian yang dikenal dengan ML dan GL.
"Dulu kan kita nggak punya tuh line up yang begini. Dulu cuma ada ML, GL, namanya masih begitu. Sekarang dengan nomenklatur yang baru akan memudahkan. Jadi depannya ada G nya. GLA setara A class, GLC setara C class, GLE dan GLS," kata Hari.
"Tahun 2018 SUV kita itu sekitar 28 hingga 29 persen, tahun kemarin sudah 31 persen," kata Hari.
Seiring dengan segmen SUV yang terus diharapkan untuk tetap tumbuh secara positif, pada Desember 2019 Mercedes-Benz mengumumkan komitmennya untuk merakit mobil The New GLC dan The New GLE secara lokal di Indonesia.
Peralihan sedan ke SUV
Ketika ditanya mengenai peralihan terhadap kendaraan sedan ke SUV, Hari menjelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan ke depannya pasar sedan akan berpindah hati kepada kendaraan SUV. Perkembangan yang sangat cepat diberikan oleh pasar SUV itu sendiri dengan peningkatan sekitar 2 hingga 3 persen di tahun lalu.
"Bisa jadi karena jangan lupa bahwa market itu ada dua tipe, yang di-create atau memfollow market demand. Nampaknya kita harus memfollow dan menyiapkan untuk market demand itu di mana tren dunia akan terus berlari, kita juga harus menyiapkan itu," ujar Hari
Untuk mempertahankan eksistensi dan menjaga komposisi penjualan, Kamis (16/1) Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) meluncurkan varian C yang memang masih menjadi tulang punggung penjualan dari Mercedes-Benz Indonesia.
"Dan juga kalau teman-teman perhatikan, komposisi sedan itu melengking. Tapi backbone kita yang kokoh C Class sangat mendominasi dan dengan hadirnya C 180 ini akan semakin memperkuat backbone kita," kata Hari
Kendati demikian, MBDI juga tidak akan meninggalkan pasar yang memang sedang ramai di buru oleh konsumen setiap Mercedes Benz dan akan memberikan pilihan lain dengan menghadirkan kendaraan di semua jenis agar lebih luas dan beragam.
"Kalau di Mercy konsumennya sangat luas, mulai dari entry level NGCC (New Genereation Compact Car) sampai kendaraan yang khas G Clas, MGGT, AMGGTS, masuk R, terus nanti sport unik empat pintu. Jadi betapa luasnya. Jadi kami berusaha memenuhi semua slotnya. Kita juga ada special ordering," ungkap Hari.
Peralihan konsumen yang lebih melirik SUV juga disebabkan dengan hadirnya berbagai kondisi pasar dan juga peraturan dari pembiayaan pajak yang memberikan beban terlalu besar.
Untuk menyambut kesiapan peralihan, pihak Mercedes-Benz juga sudah siap dan sudah jauh lebih baik daripada masa-masa ke belakang yang dimana Mercy masih sangat bergantung dengan sedan.
Peralihan itu sendiri juga disebabkan dengan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen harus beralih ke kendaraan SUV. Salah satu faktor yang memberatkan menurut Hari adalah dengan adanya beban pajak yang berat yang menyebabkan kondisi pasar menjadi berubah.
"Nah teman-teman jangan lupa kenapa kok sedan jadi satu ranking, itu karena struktur pajaknya memberikan beban tertentu kepada sedan, sehingga mau tidak mau sebagai maker atau player di Indonesia untuk mempertahankan nomor satu kita harus melihat kok kayaknya berkembangnya ke sini," tutup Hari.
Baca juga: TOGG, mobil nasional pertama Turki bermodel SUV
Baca juga: Selain SUV, mobil listrik bakal jadi tren 2020 di Indonesia
Pewarta: KR-CHA
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB