Ada kantong plastik di mulut bangkai pesut

id pesut,dumai

Ada kantong plastik di mulut bangkai pesut

Bangkai mamalia laut di Dumai, awalnya diduga Dugong ternyata pesut. Di mulutnya terlihat ada kantong plastik warna hitam. (Aswaddi Hamid)

Sepertinya tidak ada pemerintah Dumai perduli dengan lingkungan
Pekanbaru (Antaranews Riau) - Warga merasa bingung melihat ada kantong plastik berada di dalam bangkai mamalia air, pesut, yang ditemukan mati di perairan Kota Dumai, Provinsi Riau.

"Iya, itu plastik. Saya tidak bisa memastikan kenapa bisa ada di dalam mulutnya (pesut)," kata Pengelola Pantai Pulai Bungkuk Indah, Azhari (36), ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Rabu

Pesut tersebut ditemukan warga mati di perairan Pantai Pulai Bungkuk Indah, Dumai, pada Kamis lalu (10/1). Azhari mengatakan bangkai itu tidak terdapat bekas luka yang biasa ditemukan apabila sawta mati akibat terkena jaring maupun baling-baling kapal.
Bangkai mamalia laut di Dumai, awalnya diduga Dugong. (Aswaddi Hamid)


Yang membuat dirinya heran adalah keluar cairan kuning dari tubuh pesut tersebut, dan ada kantong plastik di mulutnya. Ia menyayangkan hingga kini tidak ada Dinas Perikanan setempat maupun Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau yang memeriksa penyebab kematian pesut itu.

Warga hingga kini tidak berani mengubur bangkai satwa itu karena takut akan timbul masalah, apalagi kabar yang beredar pesut itu mati diduga akibat keracunan limbah dari industri minyak kelapa sawit yang banyak di pesisir Dumai.

"Sepertinya tidak ada pemerintah Dumai perduli dengan lingkungan," keluhnya.

Baca juga: Dua Dugong Mati dalam Sepekan di Riau

Sebelumnya, pakar kelautan memastikan bahwa mamalia laut yang ditemukan mati di perairan Kota Dumai, Provinsi Riau, bukan satwa langka Dugong karena terdapat perbedaan dari segi morfologinya.

"Menurut saya itu jelas bukan spesies dugong. Dugaan saya itu Orchaella sp. atau pesut. Karena pesut ada dua macam, pertama yang hidup di laut tepi dan muara sungai. Yang kedua pesut yang hidup di air tawar seperti sungai dan danau, seperti yang di Kalimantan Timur," kata pakar kelautan, Drh. Dwi Restu Seta, Minggu (13/1).

Ia berharap ada instansi terkait seperti Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau maupun dinas perikanan harus melakukan investigasi mengenai penyebab kematian mamalia air di Dumai.

Perlu ada pembedahan bangkai, nekropsi dengan memeriksa kondisi organ dalam hingga penelitian mikro laboratorium untuk mengetahui penyebabnya. Kematian bisa banyak sebabnya, tapi ia mengatakan biasanya kematian mamalia laut tepi yang abnormal adalah akibat pencemaran diseputaran sungai dan pantai, biasanya tumpahan minyak.

"Jadi kalau ini kematian karena wabah tertentu bisa ditanggulangi secepatnya," ujarnya.

Baca juga: Pakar Kelautan Ragukan Dugong Mati di Riau