Dua Dugong Mati dalam Sepekan di Riau

id dugong,dugong mati,dumai

Dua Dugong Mati dalam Sepekan di Riau

Bangkai Dugong di Pantai Pulai Bungkuk Indah, Kota Dumai, Riau. (Putra CP untuk Antaranews)

Pekanbaru (Antaranews Riau) - Dua mamalia langka, Dugong, ditemukan mati dalam sepekan terakhir di perairan Kota Dumai, Provinsi Riau.

“Dalam seminggu ada dua dugong yang mati. Satu di daerah Puak, dan yang tarakhir ditemukan di Pantai Pulai Bungkuk. Itu masih satu hamparan pantai yang sama sekitar 15 menit dari pusat Kota Dumai,” kata Putra CP, warga Kota Dumai ketikadihubungi Antara dari Pekanbaru, Sabtu.

Ia mengatakan ini adalah pertama kalinya dugong ditemukan mati secara beruntun di Dumai. Kejadian pertama terjadi pada Rabu (9/1) di Puak, dan sehari setelahnya terulang lagi di Pantai Pulai Bungkuk Indah. Berikut ini beberapa fakta yang terjadi tentang kematian dugong di Dumai, dan tentang satwa itu.

1. Diduga Mati Karena Racun

Menurut Putra, dugong sangat jarang terlihat karena biasanya lebih sukamenyelam dalam ke laut. Bangkai mamalia laut yang ditemukan di Pantai Pulai Bungkuk Indah tidak terlihat ada bekas luka. Apabila mati karena terkena jala atau tertabrak kapal, biasanya badannya luka-luka.

“Mungkin mati karena sebab lain, bisa jadi keracunan karena kita tau bagaimana kotornya laut Dumai sekarang akibat limbah pabrik,” katanya.

Bangkai Dugong di Pantai Pulai Bungkuk Indah, Kota Dumai, Riau. (Putra CP untuk Antaranews)


2. Jadi Mainan Anak-anak

Ia mengatakan melihat langsung bangkai Dugong di Pantai Pulai Bungkuk Indah yang menjadi daerah objek wisata. Bangkainya sudah berbau busuk dan membiru. Bahkan, bangkai tersebut sempat dijadikan mainan oleh anak-anak setempat.

Tingkah anak-anak yang bermain dengan bangkai dugong itu sempat dividiokan oleh warga dan beredar di media sosial. “Awalnya saya sangka itu kayu, ternyata itu bangkai Dugong,” katanya.



4. Pertanda Sesuatu yang Buruk

Putra mengatakan bangkai Dugong tersebut sudah dikuburkan oleh warga setempat. Masyarakat setempat menganggap dugong sebagai satwa yang harus dijaga, tidak boleh ditangkap apalagi dikonsumsi.

“Ada warga yang percaya kalau ada dugong ditemukan mati, pasti ada sesuatu yang buruk sedang terjadi. Saya menganggapnya itu mitos, tapi mungkin saja itu tanda-tanda bahwa kondisi lingkungan kita sudah tercemar,” katanya.

Arsip foto. Dugong berenang di laut. (Antaranews)


Dugong merupakan jenis mamalia laut yang dilindungi dan merupakan salah satu spesies dari 20 spesies prioritas yang menjadi target penting Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Mamalia ini dilindungi oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Selain itu, ada juga Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Dugong memiliki ancaman kehidupan yang tinggi. Secara alami dugong memiliki reproduksi yang lambat. Dibutuhkan waktu 10 tahun untuk menjadi dewasa dan 14 bulan untuk melahirkan satu individu baru pada interval 2,5-5 tahun. Ancaman lainnya yaitu tertangkapnya dugong secara tidak sengaja oleh alat tangkap perikanan (bycatch), perburuan masif untuk pemanfaatan daging, taring, serta air mata dugong yang disinyalir memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Karena kajian dan survei tentang dugong masih terbatas, populasi hewan ini di Indonesia belum diketahui secara pasti.Keberadaan dugong dan padang lamun sangat penting untuk menjaga ekosistem laut karena banyak spesies ikan lain yang hidup berdampingan di wilayah tersebut. Jika salah satu rusak maka yang lain akan terkena imbasnya.

Baca juga: Keberadaannya Terus Terancam, Seekor Ikan Dugong Ditemukan Tewas Di Pulau Rupat

Baca juga: Sempat Di Selamatkan Dari Kondisi Kritis, Anak Gajah Liar Sulit Dilepasliarkan