Butuh 8 Jam, Pasien Dapat 6 Jam Cuci Darah

id butuh 8, jam pasien, dapat 6, jam cuci darah

Butuh 8 Jam, Pasien Dapat 6 Jam Cuci Darah

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Seorang pasien gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah delapan jam perminggu hanya dapat enam jam sehingga proses menyaring limbah dalam darah belum optimal.

Seorang pasien gagal ginjal di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Ovi menyatakan harus cuci darah dua kali dalam seminggu selama masing-masing empat jam, namun ia hanya dapat enam jam perminggu.

"Peralatan hemodialisa di RSUD ini ada 18 unit dengan kemampuan menangani pasien 40 orang perhari, sementara perlu dialisis lebih banyak lagi," ujarnya.

Akibat kurangnya waktu untuk cuci darah, ia merasa badannya tetap gatal-gatal meski baru usai pengobatan serta fisik lemah.

"Saya hanya dapat empat jam dan dua jam disisipkan, disebabkan adanya pasien yang sudah meninggal dan kekurangan dua jam itu mengakibatkan racun dalam darah juga masih besar," ujarnya.

Disisi lain di RS swasta mau menerimanya untuk cuci darah, namun cuci darah harus dilakukan delapan jam di RS tersebut, padahal menurut dia dokter di RSUD penanganannya lebih bagus.

"Ada RS swasta lain yang juga bisa menerima cuci darah namun yang ditanggung hanya untuk cuci darahnya saja, sementara kalau ada biaya yang muncul terkait proses penangangan medis sebelum cuci darah itu ditanggung sendiri," ujarnya.

Direktur RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru dr H Nuzelly Husnedy MARS dihubungi di Pekanbaru, Kamis, membenarkan kekurangan peralatan hemodialisa tersebut. Saat ini jumlah peralatan yang ada baru sebanyak 18 unit dan akan ditambah hingga mencapai 50 unit.

"Penambahan dilakukan melalui model kerjasama dengan pihak swasta dan akan dilakukan bertahap dan dimulai akhir tahun ini," ujarnya.

Pasien yang menggunakan peralatan hemodialisa terus meningkat, disebabkan RSUD Arifin Achmad memiliki tenaga medis andal dibanding RS lain di Riau serta program jaminan kesehatan nasional sehingga pasien yang sudah terkaver dalam BPJS tidak akan dikenakan biaya.

Apalagi kini satu dokter spesialis dari RSUD Arifin Achmad sudah selesai mengikuti pendidikan subspesialis khusus dan menjadi konsultan ginjal hipertensi (KGH) yang keahliannya sangat dibutuhkan untuk penanganan kasus gagal ginjal.

Menurut Nuzelly, adanya fasilitas dari pemerintah telah mendorong masyarakat untuk melakukan pengobatan secara medis. Kalau sebelumnya orang kalau sakit hanya dibawa berdoa, pengobatan non medis atau ke alternatif. "Kini mereka kalau sakit maka RS akan menjadi tempat pengobatan dan ini yang mengakibatkan pasien yang butuh penanganan secara hemodialisis terus bertambah," ujar alumnus kedokteran Unand itu.