Program Baru, Sarjana Pendidikan Harus Mengabdi dulu ke Daerah Pelosok

id program baru, sarjana pendidikan, harus mengabdi, dulu ke, daerah pelosok

Program Baru, Sarjana Pendidikan Harus Mengabdi dulu ke Daerah Pelosok

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau mengatakan bahwa setiap sarjana muda jurusan pendidikan harus mengabdi kesekolah-sekolah pelosok sebelum mengajar kedaerah ramai, untuk meningkatkan pendidikan di daerah terluar terdepan dan terisolir.

“Mulai tahun ini sudah diterapkan bahwa sarjana muda wajib mengabdi dulu ke daerah terpencil setelah wisuda, jadi tujuannya mengaplikasikan ilmu kependididikan di pedalaman," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, Kamsol, Pekanbaru, Selasa.

Menurutna, para sarjana muda ini akan ditempatkan di 66 sekolah marjinal yang ada di Propinsi Riau. Program ini juga merupakan peningkatan pendiddikan dari terdepan terluar dan terisolir di Riau.

“Nama programnya guru garis depan, programnya dari Kementrian Pendididkian dan Kebudayaan (Kemendikbud) perekrutan tenaga pengajar untuk terluar terdepan dan terisolir. Mereka ditempatkan di daerah terpelosok negeri ini," ucapnya.

Kemudian, selama ini sekolah-sekolah marjinal tersebut hanya difasilitasi oleh provinsi, karena sekolah marjinal itu hanya sebagai kelompok belajar yang akan ikut kesekolah induk.

“Kita di provinsi memfasilitasi, kelompok belajar itu, karena aksesnya jauh dari sekolah yang sudah negeri. Guru pebimbing itulah yang dibantu juga seragamnya,” tambahnya.

Menurutnya, target dinas pendidikan sendiri membuat sekolah marjinal tersebut agar tidak ada anak-anak yang putus sekolah dan harus bersekolah semuanya.

“Marjinal itu hanya sekolah sementara sebelum mendapatkan fasiltas yang layak, sehingga dia berada (murid putus sekolah) bisa bersekolah, siapapun.selagi belum ada fasilitas yang mendukung," tuturnya.

Sementara itu masih dibutuhkannya sekolah marjinal karena masih rendahnya tingkat sekolah anak didik di Riau. Ini bisa dilihat dari jumlah peserta saat ujian nasional (UN), dimana UN SMA hanya 80 ribu peserta sedangkan tingkat SMP lebih dari 100 ribu.

“Artinya masih banyak anak putus sekolah di Riau, dan itulah yang yang menjadi persoalan dilapangan,” jelasnya.

Saat ini saja menurut kamsol ada sekitar 199 guru yang mengabdi di 66 sekolah marjinal di Riau, yang berada di 37 kecamatan. Untuk siswanya sendiri setingkat sekolah dasar ada sebanyak 1.530 siswa, mereka ini sebelumnya putus sekolah. (Nella Marni)