Sambungan dari hal 1 ..
Sudahi Konflik
Menpora Imam Nahrawi mengatakan pemberian sanksi administratif kepada PSSI serta pembentukan Tim Transisi dilakukan sebagai perbaikan sepak bola Indonesia. Namun sikap Kemenpora yang terlihat bekerja sendiri tanpa mengikutsertakan PSSI sebagai induk organisasi sepak bola Indonesia dinilai kurang tepat oleh Presiden APPI.
"Secara organisasi PSSI saya tidak tahu bagaimana kelanjutannya setelah sanksi (FIFA), tapi mereka juga tidak bisa dilepaskan begitu saja tentang sepak bola nasional. Bagaimanapun juga mereka pihak yang terlibat, pihak yang bertanggung jawab," kata Ponaryo.
Bahkan, Ponaryo berpendapat perbaikan sepak bola Indonesia harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat termasuk klub dan pemain.
"Kita (pemain) juga terbuka untuk bertukar pikiran. Apa-apa saja yang perlu dilakukan dalam rangka perbaikan sepak bola nasional. Semua berbicara tentang perbaikan, perbaikan, perbaikan, tetapi bagaimana caranya kita tidak bisa meninggalkan satu sama lain. Justru saat ini kita harus bergandengan tangan supaya proses perbaikan itu bisa terjadi, tidak hanya slogan saja," ujar mantan pemain andalan Timnas Indonesia tersebut.
Sekretaris Jenderal PSSI Azwan Karim pun mengutarakan betapa sulitnya berkomunikasi dengan pihak pemerintah untuk menyelesaikan ketidakpastian sepak bola nasional.
"Bola panas sekarang ada di tangan pemerintah. Jadi kalau solusi dari kami, kan harus komunikasi untuk menyelesaikan masalah. Masalahnya, komunikasi susah," kata Azwan.
Namun Ponaryo tidak sepaham dengan pendapat Sekjen PSSI. Baginya, pemutar roda perbaikan sepak bola nasional itu terletak pada semua pihak yang terlibat dalam persepakbolaan Indonesia.
"Artinya sekarang bisa dibilang bola di tangan kita. Situasi sudah seperti ini, sanksi FIFA sudah turun, bagamana kedepannya tergantung kita. "Kita" itu semua pihak yang terlibat," kata Ponaryo.
Pemain PSM Makasar itu pun menyinggung selisih paham antara Kemenpora dengan PSSI yang bahkan sampai dibawa ke muka Pengadilan Tata Usaha Negara untuk saling memenangkan dan mengalahkan permohonan gugatan.
"Tidak usah lagi bicara menang atau kalah karena pada intinya bangsa Indonesia sendiri sedang dalam posisi kalah," kata Ponaryo.
"Bagaimana semua pihak yang terlibat ini sama-sama bisa bertanggung jawab. Tidak usah lagi kelompok satu menyalahkan yang lain, sisi satu menyalahkan sisi yang lain, karena tanggung jawab itu pada intinya ada di pundak kita semua," ujar mantan kapten Timnas Indonesia.
Ponaryo berharap, kekecewaan para pemain sepak bola dan para suporter Indonesia lekas usai tanpa berlarut-larut. Para pemain menginginkan, sepak bola Indonesia kembali berjalan normal tanpa ada sanksi dari FIFA.
"Pastilah (psikis) "down", kecewa gak ada kompetisi. Saya berharap ada kompetisi lagi, berjalan normal lagi, sanksi FIFA juga dicabut," kata gelandang Persib Bandung Deni Iskandar yang menyibukkan diri mengurus bisnis kafe dan kos-kosan selama kompetisi terhenti.
"Tapi sekali lagi semua keputusan, semua kewenangan ada pada bapak-bapak di atas sana. Sehingga bagaimana tanggung jawab mereka dengan kondisi seperti ini bisa mengembalikan persepakbolaan nasional ke jalan yang benar. Sehingga yang selalu didengung-dengungkan, yang selalu menjadi slogan perbaikan sepak bola nasional itu bisa terwujud," ujar Ponaryo.
Sungguh, sepak bola tanpa olahraga itu memang sangat membosankan. Maka, mantan kapten Timnas Indonesia yang menjadi Presiden APPI mengatakan, "saatnya kita bergandengan tangan untuk memperjuangkan satu nama: sepak bola Indonesia."