Piter Titirloloby, Penarik Ojek Berprestasi Dari Tanimbar

id piter, titirloloby penarik, ojek berprestasi, dari tanimbar

Oleh Sakkan Abram Siahaan

Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Inilah peribahasa yang sangat sesuai dengan gambaran sosok Piter Titirloloby.

Ya, Piter Titirloloby adalah seorang penarik ojek yang berhasil mendapatkan beasiswa dari perusahaan INPEX di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Saumlaki (STKIPS) Jurusan Bahasa Inggris.

INPEX adalah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi sejak 1966. Saat ini, Inpex beroperasi di Blok Masela, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, tepatnya lepas pantai Laut Arafura.

Pada 30 Maret 2015, Inpex memberi bantuan beasiswa peningkatan pendidikan kepada 50 orang mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon.

Beasiswa yang lebih dikenal dengan nama "INPEX Scholarship Program" itu juga diberikan bagi mahasiswa pada tiga sekolah tinggi di bawah Yayasan Pendidikan Tinggi Rumpun Lelemuku Saumlaki (YPT-RLS), yaitu STIAS, STIESA dan STKIPS.

Piter, pemuda ramah senyum asal Desa Keliobar, Tanimbar Utara, itu merupakan sosok yang pantas dikagumi untuk kegigihan dan kerja kerasnya.

Kedua orang tua Piter bukanlah orang dengan rezeki berlebih yang mampu membiayai anaknya untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Piter tumbuh bersama enam orang saudara. Ayahnya meninggal ketika ia masih duduk di kelas 2 SMP dan ibunya harus kerja "banting tulang" sebagai petani kebun untuk membiayai kehidupan mereka.

Namun, Piter sejak SMP sudah terbiasa memeras keringat sendiri untuk menggapai ilmu yang lebih tinggi.

"Saya tahu bahwa keadaan ekonomi tidak cukup untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, tapi saya ingin selalu mendapatkan pendidikan yang lebih baik," ucap Piter mengisahkan perjuangannya.

Semenjak kecil, Piter sudah menjalani berbagai macam pekerjaan kasar dan keras sebagai kuli pikul air, kuli bangunan, pengering kopra, pencari teripang dan sebagainya. Semua itu ia lakukan demi membiayai sekolahnya.

Sepulang sekolah, ia selalu datang ke tempatnya mencari uang dan bekerja hingga petang menjelang.

Dengan tuntutan ekonomi yang semakin mencekik, Piter pun memutuskan menjadi tukang ojek agar mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Untuk mendapatkan Rp80.000 sehari, ia harus "mengais tulang" dari jam 06.00 sampai jam 14.00, lalu malam hari kembali "ngojek" dari jam 19.00 sampai 22.00. Di saat beristirahat, ia pun belajar.

Bersambung ke hal 2 ....