Kampar Sukses Sejahterakan Warga Lewat Tanam Cabai

id kampar sukses, sejahterakan warga, lewat tanam cabai

Kampar Sukses Sejahterakan Warga Lewat Tanam Cabai

Kampar, (Antarariau.com) - Pemkab Kampar berhasil meningkatkan kesejahteraan warganya dengan mendorong sektor pertanian, khususnya lewat komoditas cabai merah.

Muslim (32) dan 7 orang temannya kembali menghitung duit. Baru 10 kali panen, sudah 20 ton cabai merah yang mereka petik dari lahan seluas 6 hektar. Cabai itu dijual ke pengumpul dengan harga rata-rata Rp 25 ribu per kilogram. Belakangan, harga jual melonjak naik di angka Rp 30 ribu per kilogram.

"Masih ada masa panen 13 kali lagi. Persis di bulan Februari, masa panen baru akan berakhir. Insya Allah, hasil yang akan kami dapat maksimal 45 ton. Kalau dirata-ratakan, hasil perpohon itu hanya 1 kilogram. Hasil ini masih lebih rendah dibanding periode pertama tanam Agustus lalu. Waktu itu kami bisa menghasilkan 48 ton cabai merah dari 30 ribu batang," cerita Muslim Jumat (3/1) sore.

Hitung-hitungan warga Dusun V Desa Danau Lancang Kecamatan Tapung Hulu itu, dari hasil panen periode kedua ini, dia dan kawan-kawan hanya bisa mengantongi untung sekitar Rp 100 juta perorang. Beda dengan untung di periode pertama lalu yang mencapai Rp 1,2 miliar untuk 6 orang.

Kalau saja tak dihajar banjir kata Muslim, 48 ribu batang cabai merah jenis Kopay dan Lado F1 yang mereka tanam akhir September lalu dipastikan akan hidup semua. Tapi gara-gara banjir kiriman yang membikin genangan berhari-hari itu, 5 ribu batang cabai tadi mati.

Di dusun I desa yang sama, Ajirman dan kawan-kawan baru akan panen pada akhir bulan ini. Lelaki ini juga Kepala Desa Danau Lancang ini, bersama warga sekitar menanam 25 ribu batang cabai di atas lahan seluas 2 hektar. Lantas di Kampung Baru, masih di desa yang sama, ada juga kelompok yang menanam 5 ribu batang di atas lahan seluas setengah hektar.

Nasib cabai Ajirman dan kawan-kawan sama saja dengan cabai milik Muslim dan kawan-kawan. "Ada 1 hektar yang stress gara-gara kena banjir. Tadinya, cabai yang kami tanam mencapai 43 ribu batang. Tapi yang hidup cuma 25 ribu batang," cerita Ajirman.

Sebenarnya, Ajirman dan warga lain tadi tertarik menanam cabai lantaran tergiur dengan untung yang didapat oleh Muslim dan kawan-kawan di periode pertama tanam Agustus lalu. Tapi sayang, baru periode pertama tanam, cabai Ajirman dan kawan-kawan bermasalah.

Meski tanaman kali ini hasilnya kurang memuaskan, Muslim mengaku tak patah semangat. Alumni Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Kubang Jaya ini malah bertekad membikin Desa Danau Lancang menjadi sentra cabai merah di Kampar, bahkan di Riau.

"Bulan ini kami sudah akan menanam 80 ribu batang di atas lahan 8 hektar. Lalu bulan Maret kami juga akan menanam 40 ribu batang di atas lahan 3 hektar. Biar cabai tak putus dari desa ini," katanya.

Bagi Muslim, bertanam cabai merah justru masih sangat menjanjikan. Jauh lebih menjanjikan dari pada bertanam kelapa sawit. Dia kemudian membikin hitungan begini. Modal satu batang cabai merah hanya Rp 6000. Modal itu sudah termasuk beli bibit, penanaman, peratawan hingga pemetikan hasil. Lama masa tanam hingga panen berakhir mencapai 6 bulan.

"Kalau 1000 batang, modalnya baru Rp 6 juta. Jika tak kena banjir kayak sekarang, hasil per batang cabai itu mencapai 1,5 kilogram. Kalau dijual Rp 10 ribu perkilogram saja, hasil per pohon sudah Rp 15 ribu. Berarti untung yang kita dapat masih ada Rp 9 ribu per pohon cabai. Tapi, sepanjang kami bertanam cabai, harga termurah yang kami jual baru sekitar Rp 20 ribu per kilogram," ujarnya.

Asal tahu saja kata Muslim, dari untung bersih periode pertama tanaman cabai, Muslim bisa membeli mobil xenia baru plus lahan untuk rumah. Lima rekannya yang lain bisa membeli lahan kelapa sawit, lahan rumah dan sepeda motor baru. “Itulah hasil luar biasa yang kami dapat di periode pertama,” katanya bangga.

Bupati Kampar Jefry Noer yang mendengar hasil tanaman cabai Muslim dan kawan-kawan di periode kedua itu, mengaku sangat senang. "Kalau dalam tempo 6 bulan mereka bisa berpenghasilan bersih Rp 100 juta, itu berarti sudah Rp 18 jutaan penghasilan bersih mereka per bulan. Gaji siapa Rp 18 juta per bulan?" ujar Jefry.

Penghasilan yang diperoleh Muslim dan kawan-kawan tadi kata Jefry sudah jauh di atas standar miskin yang dibikin oleh Pemkab Kampar. "Kita membikin kategori, bahwa orang miskin di Kampar itu adalah mereka yang punya anak 2 dengan penghasilan Rp 1,3 juta per bulan. Kalau Muslim dan kawan-kawan, sudah masuk kategori mapan lah," katanya sembari tertawa.

Jefry juga sangat mendukung rencana Muslim tadi untuk menjadikan Desa Danau Lancang menjadi sentra cabai merah. Ini berarti sudah dua komoditas unggul tumbuh di Kampar. Bawang merah di Desa Sei Geringging dan cabai merah di Desa Danau Lancang.