Bagan Siapiapi (antarariau.com) - Saat ini tidak ada yang menafikan bahwa kerukunan masyarakat Rokan Hilir (Rohil) yang terdiri dari berbagai suku dan agama terjalin dengan baik serta tidak pernah terdengar ada konflik antar suku maupun agama di Rohil.
"Semua agama bebas menjalankan ajarannya dan semua suku bebas mengekspresikan budayanya di Rokan Hilir. Namun yang tak boleh dilupakan adalah prinsip di mana tanah dipijak, disitu langit dijunjung," kata Annas, dalam pada pembukaan Ritual Bakar Tongkang, di Bagan Siapaiapi, Ahad 23 Juni lalu.
Orang Batak, lanjut Annas, jadilah orang suku Batak Rokan Hilir yang turut serta membangun daerah ini. Begitu juga dengan suku lainnya seperti orang Minang, Jawa, Tionghoa, Bugis dan lainnya.
Apa yang disampaikan oleh Annas bukanlah basa basi atau sekedar pemanis bibir dan hal itu diakui Abeng (50), pengusaha dan tokoh warga Tionghoa Kota Bagan Siapiapi.
"Perhatian beliau terhadap kami warga Tionghoa sama dengan perhatian beliau terhadap suku Melayu, Minang, Batak, Jawa, Bugis dan yang lain. Mungkin hanya Pak Annas satu-satunya bupati di Indonesia yang berhasil melakukan pembauran suku Tionghoa dengan suku lainnya," ungkap Abeng penuh semangat.
Dalam pemilihan gubernur Riau yang digelar pada 4 September 2013, lanjutnya, orang Tionghoa tidak hanya mendukung Annas, tetapi juga akan memperjuangkan beliau untuk menjadi pemimpin Riau.
Hal senada juga disampaikan oleh Rikson(25), pengusaha muda Tionghoa yang juga aktif diberbagai organisasi kepemudaan di Rohil. "Dibawah kepemimpinan Pak Annas, kita diposisikan setara. Bahkan Pak Annas juga memberikan kesempatan kepada kami generasi muda Tionghoa untuk menjadi pegawai negeri sipil," katanya.
Padahal, untuk menjadi pegawai negeri sipil dulunya hanya mimpi dan tidak akan pernah terwujud. "Tapi saat ini Pak Annas sudah membuktikan di mana ada 6 orang suku Tionghoa yang sudah menjadi PNS" jelas Rikson.
Jumadi (45), mempertegas ungkapan Rikson. "Kami suku Bugis di Rohil ini tidaklah banyak. Tapi dalam setiap kegiatan apapun namanya, selalu dilibatkan. Perhatian yang diberikan sama dengan suku lainnya, sehingga kami merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi di Rohil," ujarnya.
Begitu juga dengan hal menjalankan ajaran agama. Belum pernah seorang pun umat beragama di Rohil, yang merasa dihalang-halangi untuk menjalankan ibadahnya.
Pendirian rumah ibadah, tidak pernah ada hambatan selagi sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
Merangkul semua suku dan agama, membuat Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir hampir tidak pernah mendapatkan hambatan dalam menjalankan roda pembangunan. (rel)