Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten Bogor menyatakan berkomitmen mendukung program kandang observasi harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, yang fungsinya sebagai "sekolah" untuk merehabilitasi harimau liar.
"TSI memberikan bantuan teknikal dan penanganan konflik harimau dan manusia," kata Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Tony Sumampau kepada ANTARA di Pekanbaru, Kamis.
Kementerian Kehutanan baru saja meresmikan kandang observasi harimau Sumatera pertama di Riau.
Tempat itu berfungsi sebagai lokasi merehabilitasi harimau liar yang diambil dari daerah konflik dengan manusia sebelum dilepasliarkan.
Menurut Tony Sumampau, TSI sejak awal telah memberikan bantuan tenaga medis untuk merawat seekor harimau Sumatera liar yang menjadi penghuni pertama kandang observasi.
"Kami mengirimkan dua dokter hewan untuk memeriksa kesehatan harimau pertama di kandang observasi," katanya.
Menurut dia, kandang observasi di Riau sangat potensial untuk dikembangkan.
Saat ini tempat itu baru memiliki satu kandang dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing enam meter serta tinggi dua meter.
"Kandang observasi masih perlu diperbaiki, bagusnya ada lebih dari dua kandang dan ada tempat persiapan pelepasan yang luasnya sekitar satu hektare agar naluri alami harimau yang direhabilitasi bisa terbangun sebelum dilepasliarkan," ujarnya.
Kandang observasi pertama di Riau merupakan bentuk kolaborasi Kementerian Kehutanan dan Asia Pulp and Paper Group (APP).
Program itu juga turut menggandeng ahli satwa dari TSI dan Yayasan Pelestarian Harimau Sumatera (YPHS).
Penghuni pertama kandang tersebut adalah seekor harimau jantan berusia 2,5 tahun yang ditangkap dari areal konsesi perusahaan di Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, pada tahun 2011 akibat sempat menerkam sejumlah pekerja di daerah itu.
Harimau muda itu diberi nama "Bima", dan kini dalam proses pelatihan ketangkasan menangkap hewan buruan sebelum nantinya akan dilepasliarkan.