Pelalawan (ANTARA) - Ferdian, 13 tahun, warga Desa Lubuk Kembang Bungo, Ukui, Pelalawan, Riau, tampak bahagia dengan mengikuti hampir semua kegiatan. Sekilas tidak ada yang membedakan dirinya dengan teman-teman lainnya.
Bahkan, ia bisa ikut semua permainan yang disajikan tim relawan WWF bertema hutan dan hewan. Acara tersebut masih dalam rangkaian peringatan Hari Hutan Internasional yang diperingati 30-31 Maret di Taman NasionalTesso Nilo (TNTN), tepatnya di Camp Restorasi.
"Ada 38 anak dari SD 003 Lubuk Kembang Bunga, dan SDN 017, Bagan Limau, Ukui, Pelalawan, Riau, yang ikut," kata Ecotourism Officer WWF Central Sumatra, GianiniSonnevil, di Pelalawan, Minggu.
Gianini Sonnevil menjelaskan, rangkaian acara yang berlangsung dua hari, berjalan lancar. Muatannya dikemas lewat cara bermain, berdongeng, berwisata, menanam pohon, hingga ikrar.
Dalam rangkaian tersebut, awalnya mereka diajak mengenal hutan dan kehidupannya lewat dongeng. Lalu melihat langsung hutan, dengan melakukan perjalanan menuju kawasan TNTN. Usai itu, disajikan aksi teater bertema menjaga hutan. Kemudian menanam pohon, dan pembacaan ikrar 'janji kapten hutan' yang dilakukan semua anak.
"Tema acara, pengenalan dan pelestarian alam TNTN bagi anak-anak, dengan harapan ini akan diceritakan kepada teman sebayanya," ujar Gianini.
Ia berharap lewat acara ini, anak-anak akan paham soal menjaga hutan, khususnya TNTN, selain juga menerapkannya di lingkungan sekitar.
"Tujuan tema hutan ini, agar mereka dapat mengenal alam lebih dalam lagi, sehingga ada keterikatan secara emosional," imbuhnya.
Aksi diakhiri dengan penanam pohon Kandis oleh, SDN 003 Lubuk Kembang Bunga, dan pohon kedondong ditanam murid SDN 017 Bagan Limau.
"Harapannya, mereka akan menularkan dan menerapkan ilmu didapat terhadap anak-anak lain. Dimana menjaga pohon bukan hanya menanam di hutan TNTN saja, tetapi di rumah, lingkungan mereka, sayang sama hewan, tumbuhan, menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan," imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pemain teater, Muhammad Soleh, menyatakan mereka mengangkat tema keserakahan manusia, telah merusak hutan, dalam penampilannya.
Dimana seekor harimau, dan burung gagak menderita akibat rusaknya hutan, yang menjadi imbas perbuatan manusia.
"Intinya, dalam cerita mengingatkan bahwa alam tidak akan kekurangan satwa, jika manusia tidak merusak. Kalau pohon ditebang, maka hewan akan terancam dan menganggap manusia sebagai musuh," kata Muhammad Soleh.
Lewat cerita itu, sambungnya, anak sebagai generasi penerus, bisa bertanggungjawab menjaga hutan, khususnya TNTN.
"Maka adik-adik bisa bercerita kepada teman-temannya, bahwa menjaga hutan berarti menjaga semua mahluk hidup," pesannya lagi.
Fazar, salah satu siswa yang duduk di kelas IV, SDN 03, Lubuk Lubuk Kembang Bunga, mengaku senang menanam pohon. Ia mengaku sudah sering menanam di sekolah. "Tapj, baru pertama di TNTN," ujar Fazar.
Ia berjanji akan menjaga pohon Kedondong hutan yang ditanamnyahingga berbuah dan bisa dinikmati manusia dan hewan.
Menurutnya, menanam pohon bida memberikan rasa aman dan nyaman bagi hewan. Menebangnya tidak baik karena akan menggundulihutan.
Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di Kabupaten Palawan, Provinsi Riau. Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan mempunyai luas awal sebesar 38.576 hektare, lalu menjadi 81.739 hektare sesuai dengan kepurudanKLHK tahun 2014.
Kawasan yang masuk wilayah taman nasional ini adalah kawasan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu.
Data BKSDA diTNTN terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo.
Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 150 an ekor gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah.
WWF dan relawan ajarkan anak lestarikan alam
Tntn