Lebak (ANTARA News) - Warga komunitas suku Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, meski tidak mengenyam bangku sekolah namun mereka bisa membaca, menulis, dan berhitung (Calistung)."Walaupun kami tidak sekolah, tapi kami bisa menulis, membaca dan berhitung, bahkan mampu berkomunikasi lewat Short Message Service atau pesan singkat dengan menggunakan handphone, " kata Jali (45) seorang Baduy Luar warga Kaduketug, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Minggu.Jali mengatakan, hingga saat ini masyarakat suku Baduy tidak diperbolehkan bersekolah karena keputusan adat yang melarang warga mengenyam pendidikan formal. "Jika mereka meninggalkan adat tentu harus keluar dari warga Baduy," katanya. Dia juga mengatakan, warga Baduy sampai saat ini menolak sekolah, namun sebagian besar mereka mampu membaca, menulis dan berhitung.Jali mengatakan banyak warga Baduy yang mempunyai handphone dan bisa berkomunikasi lewat pesan singkat."Warga Baduy belajar sendiri agar mampu membaca, menulis, dan berhitung. Saya sendiri dan tiga anak bisa membaca dari belajar sendiri setelah bekerja di ladang," kata Jali yang pengrajin cindera mata khas Baduy.Dia mengaku dirinya sejak kecil tidak sekolah namun kini mampu mengelola usaha kerajinan yang digelutinya hingga banyak pesanan dari luar Baduy. Setiap hari dirinya mencatat jumlah pesanan dari Jakarta, Bandung dan daerah lainya.Bahkan, kata dia, untuk mempermudah komunikasi ia menggunakan handphone. "Saya merasa terbantu dengan alat komuniaksi itu," ujarnya.Ketua Wadah Masyarakat Baduy (Wambi), H Kasmin, mengatakan, saat ini banyak warga Baduy yang mampu membaca, menulis dan berhitung, terlebih adanya pendidikan nonformal yakni pusat kegiatan belajat masyarakat (PKBM).PKBM tersebut, ujar dia, selama dua tahun terakhir ini menyelenggarakan pendidikan keaksaraan fungsional selama enam bulan yang dibiayai oleh pemerintah pusat, provinsi dan daerah."Saat ini sebagian besar warga Baduy usia 15 sampai 45 sudah melek huruf juga mampu menggunakan handphone," katanya.Sementara itu, Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Djuanda, mengaku pemerintah hingga kini tidak mendirikan sekolah di kawasan Baduy karena terhalang adat setempat. "Kami menghormati keputusan larangan adat itu," katanya.