Pekanbaru (ANTARA) - Maraknya pembangunan infrastruktur, membuka lebar potensi pasar aspal di Indonesia. Kebutuhan jalan nasional non tol saat ini sebesar 65,8 persen. Jalan yang dibiayai APBD sebanyak 32,9 persen dan sisanya dibiayai swasta sebesar 1,3 persen. Kebutuhan ini sebagian dipenuhi lewat kilang Pertamina di Cilacap, maupun melalui impor.
Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I menangkap potensi pasar aspal ini melalui Terminal Aspal Curah (TAC) Dumai. Fasilitas penimbunan aspal ini mulai dioperasikan pada Mei 2019. Awal Oktober lalu, TAC Dumai melakukan penjualan aspal curah kapal (backloading) perdana. Sebanyak 1.000 metrik ton (MT) aspal dikirim kepada TAC Rabana Aspalindo Lampung.
"Penjualan perdana ini untuk produk jenis Aspal Pen 60/70 dengan vessel MT Cosmic 20. Sebelum dilakukan backloading, TAC Dumai hanya beroperasi untuk aspal curah truk saja," kata Roby Hervindo, Unit Manager Comm, Rel & CSR MOR I melalui rilisnya kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.
Produk jenis Aspal 60/70 merupakan produk yang sesuai untuk negara Indonesia yang beriklim tropis. Produk aspal ini telah mendapat rekomendasi dari Kementerian Pekerjaan Umum sebagai referensi dalam pengerjaan jalan nasional maupun provinsi.
TAC Dumai berlokasi di Patra Batu Bintang Commercial Estate (PBBCE). Kapasitas tangki timbun aspal TAC Dumai sebesar 2x 7.500 MT dan 1x3.000 MT. Pasokan aspalnya diperoleh dari kilang Cilacap yang memiliki kapasitas 360.000 MT per tahun. Selain itu, pasokan juga diperoleh melalui impor.
TAC Dumai memenuhi kebutuhan aspal curah di wilayah Sumut, Sumbar, Riau, dan Jambi. Aspal curah sendiri merupakan aspal dalam bentuk cairan. Aspal ini terbuat dari minyak bumi yang diproses sedemikian rupa menggunakan metode tertentu.