Makassar (ANTARA) - Video asusila terkait perbuatan mesum pasangan kekasih siswa salah satu sekolah SMK di Bulukumba, Sulawesi Selatan, berinisial AM dan WA yang menjadi viral di media sosial tidak perlu disebarluaskan, dan bagi korbannya perlu mendapat pendampingan khusus secara psikologis.
"Kita minta masyarakat untuk tidak turut menyebarkan video ini. Sebab, bisa saja berdampak pada tekanan secara psikologis yang bisa berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan," tegas anggota DPRD Sulsel Arum Spink saat di konfirmasi, Sabtu (15/6).
Selain itu, mereka adalah korban dan tentu harapannya ada pendampingan dari para pihak terkait, baik itu dari pemerintah maupun pihak kepolisian, atau pihak Lembaga Swadaya Masyarakat /NGO yang konsen pada anak.
Tidak sampai disitu, paling utama adalah menghindari penghakiman kepada korban atau pelaku. Karena patut diduga pelaku maupun korban perempuannya pada video ini adalah anak-anak yang masih berstatus pelajar.
"Masa depan mereka masih terbuka luas. Kita berharap kejadian ini tidak membuatnya putus harapan. Ini adalah aib. Dan aib itu menurut agama harus ditutupi oleh saudaranya bukan malah membukanya," ujar politisi asal Daerah Pemilihan Bulukumba itu.
Sebelumnya, Wakil Bupati Bulukumba Tomy Satria beserta tokoh Bulukumba meminta masyarakat tidak menyebarkan video itu berulang-ulang, sebab dampaknya akan merusak psikologi anak tersebut.
Menurut Tomy, kejadian itu sangat disayangkan, persoalannya bukan pada pergaulan tapi menyangkut beberapa aspek lainnya termasuk manajemen sekolah yang lengah dalam mengawasi anak didiknya.
Menyikapi kejadian tersebut, kata dia, Pemerintah Bulukumba tidak tinggal diam. Pihaknya sudah menurunkan tim perlindungan perempuan dan anak untuk memberikan pendampingan.
Bahkan keduanya sudah dikawinkan dan tidak berdomisili di Bulukumba guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti sanksi sosial di tengah masyarakat termasuk memperburuk kondisi mental mereka.
Sementara untuk video yang beredar tersebut, kata dia, kejadian sudah lama, sejak dua bulan lalu tepatnya pada April 2019, kala itu guru BK di sekolahnya mendapati anak didiknya menonton video itu, selanjutnya ditindaklanjuti pihak sekolah.
"Sudah dipanggil Dinas Pendidikan untuk membatasi penggunaan ponsel, ini dilakukan agar tidak terjadi kejadian serupa di lingkungan sekolah. Guru juga diminta tegas melakukan pengawasan kepada siswanya, apalagi adanya perilaku menyimpang," tegas dia.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, korban perempuannya sudah dibawa orang tuanya ke Malaysia jauh sebelum video tersebut viral. Bahkan dikabarkan keduanya sudah dinikahkan. Namun, dua hari belakang video tersebut menjadi viral di media sosial bahkan dijadikan 'meme' sejumlah netizen.
Sebelumnya, video ini viral , bahkan komentar dalam video tersebut menjadi tag line 'jangan nyalakan blitznya' menjadi trending topik hingga dibuatkan 'meme' yang membuat korban semakin terpuruk.
Melalui siaran persnya Yayasan Pabbata Ummi juga ikut menyoroti aksi pengguna medsos menjadikan bahan candaan hingga menambah penderitaan korban.
Pihaknya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera berhenti menyebar luaskan video tersebut. Serta meminta Gubernur Sulsel mengambil langkah konkret serta pihak terkait lainnya untuk melakukan pendampingan bagi korban.