Pekanbaru, 30/9 (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pekanbaru menyatakan bahwa posisi matahari yang berada di titik ekuator telah menpengaruhi terjadinya anomali (penyimpangan) cuaca di Riau.
"Pada 23 September 2010, posisi matahari tepat berada di titik ekuator sehingga terjadi anomali cuaca di Riau dan sekitarnya," ujar analis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Ardhitama, Kamis.
Titik ekuator atau garis khatulistiwa di Riau terletak di Kelurahan Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar dan ditandai dengan berdirinya Tugu Equator di daerah itu.
Ardhitama menjelaskan, dengan posisi matahari yang berada di titik ekuator itu, maka mempercepat proses terjadinya pembentukan awan-awan konvektif serta awan-awan hujan.
Kondisi itu terjadi karena pada waktu yang hampir bersamaan terjadi gangguan cuaca di Samudra Hindia yang menyuplai uap air laut ke wilayah udara pada sejumlah provinsi di Sumatera Bagian Utara (Sumbagut).
"Awan-awan itu mengalami pematangan di senja hari sehingga mengakibatkan angin kecang. Pada kondisi abnormal kecepatan angin bisa mencapai 50 kilometer per jam, karena ada pemanasan lokal dan kemudian disertai hujan," jelasnya.
Jika pematangan awan terjadi di malam hari, maka yang terjadi hanya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang dan tidak disertai angin.
"Sebab tidak terjadi suhu udara rendah karena tidak ada pemanasan udara di malam hari," katanya lagi.
BMKG Pekanbaru menyatakan pada bulan Agustus-November 2010, merupakan periode musim hujan yang terjadi pada paruh kedua yang puncaknya diperkirakan berlangsung selama bulan Oktober.