Jenazah Prof. Dr. Subroto disemayamkan di Kementerian ESDM Jakarta

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,ESDM

Jenazah Prof. Dr. Subroto disemayamkan di Kementerian ESDM Jakarta

Menteri Pertambangan dan Energi 1978-1988 Prof. Dr. Subroto disemayamkan di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, pada Rabu (21/12). (Adimas Raditya)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertambangan dan Energi 1978-1988 Prof. Dr. Subroto yang meninggal dunia pada Selasa (20/12) telah dibawa ke Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta untuk disemayamkan.

Sebelumnya, jenazah Menteri Tambang dan Energi pada era Presiden Soeharto tersebut disemayamkan di Grha Bimasena, hingga pukul 10.30 WIB kemudian diberangkatkan menuju Kantor Kementerian ESDM.

Almarhum Subroto yang merupakan Pendiri dan Ketua Bimasena, Masyarakat Pertambangan dan Energi disemayamkan di Kementerian ESDM pada Rabu, pukul 11.00 WIB hingga 15.00 WIB.

Rencananya, Subroto akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan pada sore nanti.

Semasa hidupnya, Subroto melahirkan banyak kebijakan berpengaruh, salah satunya adalah Kebijakan Energi Nasional (KEN), dan program Listrik Masuk Desa (LMD).

Selain itu,pengupayaan sumber energi non-minyak (seperti tenaga air, panas bumi dan matahari), sampai gerakan hemat energi.

Begawan energi ini dikenal di level internasional sebagai The Wise Minister Subroto from Indonesia.

Gelar diberikan karena visinya yang hati-hati dalam pengelolaan minyak di kalangan negara-negara OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries).

Subrotodikenal pandai berdiplomasi dan mampu meredam silang pendapat antarnegara OPEC, kala menjabat sebagai Presiden Konferensi (1985-1985) dan Sekretaris Jenderal pada 1988-1994.

Prof. Dr. Subroto yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tercatat sebagai salah satu tokoh yang ikut merancang konsep pembangunan perekonomian Indonesia.

Bersama Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, Prof. Dr. Emil Salim, Prof. Dr. Moh. Sadli, dan Prof. Dr. Ali Wardhana, ia menjadi anggota Tim Ekonomi untuk pembangunan Indonesia pada awal Orde Baru.

Pada 1968 Tim Ekonomi melahirkan seri Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).