Pekanbaru (antarariau) - Rahayu, gadis seksi atlet difabel cabang olahraga angkat berat asal Sumatra Utara ini tidak memiliki cita-cita setinggi langit, presiden, dokter, bahkan apapun itu selain upaya untuk membahagiakan kedua orang tuanya.
Sebuah cita-cita yang sangat sederhana, namun patut untuk menjadi inspirasi bagi kalangan anak yang memiliki motifasi tinggi namun minim realisasi.
"Cita-cita saya adalah membahagiakan kedua orang tua saya meski dengan kondisi saya yang seperti ini," kata gadis berumur 21 tahun berparas aduhai ini usai menerima pengalungan medali emas setelah memecahkan rekor nasional bahkan melampaui rekor Asia Tenggara pada iven Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV 2012 yang dilaksanakan di Hotel Mayang Garden, Pekanbaru, Riau, Rabu (10/10) malam.
Malam itu, kota yang merupakan pusat perekonomian "Bumi Lancang Kuning" (Riau) ini baru saja diguyur hujan cukup deras hingga beberapa lokasi termasuk halaman arena olahraga angkat berat peparnas Riau pun turut tergenang air.
Namun hujan malam itu, menjadi sebuah petanda baik bagi putri bungu anak pasangan Iwan Musah dan Nurhayati ini mengingat dirinya baru saja menerima penghargaan tertinggi dikelasnya pada cabang olahraga angkat berat pada Peparnas Riau.
Wajahnya berseri-seri ketika ditanya perasaanya terkait prestasi membanggakan yang baru saja diraih.
"Sangat senang, terharu, bangga, pokoknya sulit dijelaskan. Tapi yang pasti, emas ini untuk kedua orang ua saya yang selalu memberikan motivasi bagi saya untuk tetap semangat," katanya.
Rahayu ketika itu turun bertanding di kelas 60 kilogram putri dengan pesaing masing-masing Yelda Yani, atlet asal Riau dan Munawar, atlet yang membawa 'bendera' Kontingen Kalimantan Timur.
Rahayu berhasil menyabet medali emas setelah berhasil mengangkat beban 92 kilogram. Sementara Yelda Yani hanya memapu di bobot 62 kg hingga harus puas dengan medali perak. Begitu juga dengan Munawar yang harus puas dengan medali perunggu karena hasil terbaik berada di 58 kg.
Sang juara tidak hanya meraih emas. Malam dengan suhu udara yang dingin ketika itu menjadi saksi terukirnya prestasi gemilang yang diraihnya. Tidak tangung-tangung, selain memecahkan rekor nasional, gadis bernada lembut ini juga berhasil melampaui reko Asia Tenggara yang sebelumnya dipegang oleh atlet Thailand.
"Kemenangan ini untuk keluarga, terutama orang tua saya yang memang tidak henti-henti memberikan dukungan semangat dan doa," katanya.
Ayah dan bunda gadis dengan fisik aduhai meski hsru berjalan dengan kursi roda kesangannya ini sehari-hari bekerja sebagai petani juga peternak ikan dan kepiting kecil-kecilan.
Tidak jarang, seperti diakui Rahayu, akibat musim kering yang berkepanjangan, membuat sawah-sawah tak lagi bisa ditanami padi. Sebaliknya, ketika musim hujan berkepanjangan, sawah malah bajir.
"Mungkin karena perubahan iklim jadinya seperti ini. Yang rugi malah petani kecil seperti orang tua saya," katanya.
Awal Kebangkitan
Rahayu mengakui memiliki nama panggilan yang beragam. "Namun paling sering teman-teman memanggil saya Ayu," katanya.
Gadis ayu ini mengakui awal kebangkitannya sebagai atlet berprestasi dimulai pada tahun 2007, dimana ketika itu, usianya masih beranjak 17 tahun.
Waktu itu, demikian Ayu, secara kebetulan seorang teman dengan kondisi fisik tidak jauh berbeda, mengajaknya untuk menghadiri undangan Pemerintah Kecamatan, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, tempatnya tinggal dengan pola perekonomian sederhana.
"Awalnya saya tidak mau, namun berkat dorongan kedua orang tua, saya akhirnya memenuhi undangan tersebut," ungkapnya.
Pada pertemuan itu, lanjut dia menjawab pertanyaan wartawan, hadir sejumlah manusia dengan ragam kekurangan fisik, namun memiliki semangat juang yang begitu tinggi.
"Ternyata pertemuan itu membahas tentang masa depan kami-kami yang dilahirkan dengan kondisi tidak sempurna," katanya.
Peluang itu pun tak disia-siakan gadis seksi ini. Ayu mulai aktif diorganisasi olahraga khususnya pada cabang angkat berat.
"Waktu itu saya terus latiha dengan rutin bersama teman-teman yang bernasif sama. Pertama kali saya mengikuti perlombaan sekelas kota dan provinsi," katanya.
Namun berkat usaha yang keras, ia pun berhasil lolos untuk mewakili daerah kelahirannya pada Peparnas di Kalimantan Timur tapatnya di tahun 2008.
"Di Peparnas Kalitim, saya berhasil mendapatkan emas," katanya.
Peraihan prestasi membanggakan itu diakuinya semakin membuat gadis ini semakin bersemangat menggeluti cabang olahraga angkat berat.
Hal itu dibuktikannya dengan pencapaian prestasi yang cukup gemilang pada Asean Paragame (APG) di Solo.
"Waktu di Solo, saya berhasil berada di posisi dua dan mendapatkan medali perak. Lalu yang terakhir ya, Peparnas Riau ini, saya sangat senang, terharu dan bangga karena tidak hanya medali emas, tapi saya juga berhasil memecahkan rekor nasional dan melampaui rekor Asia Tenggara," katanya.
Segudang prestasi atlet difabel, gadis seksi si putri bungsu anak petani sekaligus peternak ikan dan kepiting kecil-kecilan asal Sumut ini, selayaknya menjadi inspirasi bagi kalangan yang memiliki cita-cita setinggi langit, namun sukar tercapai akibat banyangan keangkuhan dan kesombongan yang mereka miliki. ***3*** (T.KR-FZR)