Membina petambak udang lokal Indonesia untuk meraih pangsa global

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,tambak

Membina petambak udang lokal Indonesia untuk meraih pangsa global

Ilustrasi - Salah satu tambak udang di Indonesia. (ANTARA/HO-KKP)

Jakarta (ANTARA) - Rasa syukur terucap dari Ketua Kelompok Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Wijaya Kusuma, Ong Aryadi yang menerima bantuan calon induk unggul dari Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem.

Bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan itu adalah sebanyak 2000 ekor calon induk udang yang diberikan kepada HSRT Wijaya Kusuma di Desa Tegalmulya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Baca juga: 2.300 lahan tambak di Riau berpotensi untuk tambak udang vaname

Kelompok HSRT Wijaya Kusuma yang beranggotakan 7 orang ini telah melakukan usaha pembenihan udang selama 15 tahun dengan komoditas udang vaname dan udang windu.

Ong Aryadi menjelaskan bahwa kelompoknya merupakan fasilitator dari pembudi daya dan petambak semi tradisional dan tradisional dengan memasarkan larva udang vaname dan udang windu untuk dibudidayakan. HSRT Wijaya Kusuma memasok beberapa daerah seperti di wilayah Tegal dan Pangandaran.

Selain itu, kelompok HSRT tersebut juga telah memiliki sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), serta sarana biosecurity dan unit pengolahan limbah yang baik, sehingga kelestarian lingkungan di sekitar lokasi usahanya tetap terjaga.

Aryadi juga mengungkapkan bahwa pihaknya menggunakan induk yang berasal dari Balai yang merupakan bantuan dari KKP, kualitas dari udang yang dihasilkan menjadi lebih terjamin.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu, yang akrab disapa Tebe, menyatakan bahwa peremajaan induk unggul merupakan langkah KKP dalam memastikan produk perikanan budi daya dapat terus terjaga mutu dan kualitasnya, sehingga mendapatkan kepercayaan baik pasar domestik maupun internasional.

Baca juga: Jusmidar sulap drainase di Tembilahan jadi tambak ikan

Apalagi, lanjutnya, subsektor perikanan budi daya menjadi salah satu bidang yang diarahkan untuk diperkuat dan dioptimalkan sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

Tebe menilai bahwa tambak tradisional memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan karena tingkat produktivitas maupun pemanfaatan yang masih cukup rendah.

Untuk itu, ujar dia, program bantuan calon induk menyasar kepada HSRT agar pemanfaatan tambak tradisional dapat terus berjalan. Sedangkan untuk tahun 2022 KKP telah menyiapkan program revitalisasi infrastruktur dasar pertambakan tradisional agar dapat ditingkatkan produktivitasnya.

Terkait pengembangan induk unggul, Haeru juga memastikan bahwa jajarannya terus melakukan kegiatan perekayasaan genetik yang diperlukan untuk dapat menghasilkan strain baru yang pertumbuhannya lebih cepat, kemampuan adaptasi lebih baik, dan lebih tahan akan penyakit.

Tidak hanya di Pulau Jawa, KKP juga telah menyalurkan bantuan di luar Jawa seperti Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, Aceh Besar, yang telah menyalurkan sebanyak 2,1 juta benur atau benih udang windu di provinsi tersebut sepanjang 2021.

Terakhir, pada Juli 2021 KKP menyalurkan bantuan berupa benur udang windu sebanyak 500 ribu ekor yang diberikan kepada Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Hidayah Bahari dan Pokdakan Dayah Mini Aceh.

Tambak superintensif

Banyaknya bantuan tersebut juga perlu diimbangi dengan peningkatan standarisasi dalam pengelolaan tambak udang yang bersifat superintensif.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengemukakan bahwa standarisasi pengelolaan tambak udang superintensif sangat penting agar bisa menjadi acuan masyarakat maupun pelaku usaha yang ingin menekuni budidaya udang vaname dengan hasil panen optimal.

Selain standarisasi pengelolaan, Menteri Trenggono juga meminta jajarannya menghitung lebih detail biaya produksi udang per kilogram pada ukuran kolam tertentu.

Penghitungan ini penting untuk menarik minat pelaku usaha untuk berinvenstasi, dan memudahkan mereka dalam menjalankan kegiatan budi daya udang vaname superintensif.

Menteri Trenggono optimistis bahwa budi daya tambak udang superintensif dapat segera diterapkan untuk segmentasi industri maupun rumah tangga sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional.

Beberapa program yang telah disiapkan oleh KKP untuk meningkatkan produksi dan ekspor udang nasional, antara lain revitalisasi tambak dengan membangun infrastruktur atau sarana dan prasarana sebagai percontohan kawasan udang bagi masyarakat, dan penyederhanaan perizinan usaha tambak udang.

Ia menambahkan ada pula pembangunan Model Shrimp Estate untuk budi daya udang dari hulu ke hilir. Shrimp Estate sendiri merupakan budi daya udang berskala memadai yang proses budi dayanya dalam satu kawasan dengan proses produksi berteknologi agar hasil panen optimal, mencegah penyakit, serta lebih ramah lingkungan agar prinsip budidaya berkelanjutan tetap terjaga.

Target ekspor

Trenggono juga mengingatkan bahwa udang juga menjadi salah satu komoditas perikanan yang digenjot produktivitasnya untuk kebutuhan pasar ekspor, dengan target ekspor udang nasional meningkat 250 persen pada tahun 2024.

Produksi udang nasional yang harus dipenuhi untuk mencapai target peningkatan ekspor, yakni sebanyak 2 juta ton per tahun. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari produksi tahun 2019 yang ada di angka 856.753 ton.

Untuk mencapai target itu, ujar dia, KKP mengusung beberapa program, antara lain mengevaluasi tambak udang eksisting di seluruh Indonesia.

Luas tambak udang di Indonesia mencapai 562.000 hektare (ha). Dari jumlah tersebut, 93 persen di antaranya merupakan tambak udang tradisional dengan luas 522.600 ha dan 7 persen sisanya adalah tambak semi-intensif dan intensif seluas 52.698 ha.

Kemudian dari luas tambak tradisional yang ada, menunjukkan 56 persen merupakan tambak idle atau sudah berubah fungsi, sehingga total tambak tradisional yang masih aktif hanya tinggal 247.803 ha dengan produktivitas 0,6 ton/hektare/tahun. Angka tersebut jauh di bawah hasil panen tambak semi intensif atau intensif yang diperkirakan bisa mencapai 10-30 ton/hektare/tahun.

Kemudian program ketiga, Menteri Trenggono akan membangun modelling tambak udang terintegrasi dengan luas mencapai 1.000 hektare. Di satu kawasan tambak nantinya berdiri pula laboratorium, hatchery, cold storage (gudang pendingin), hingga ekosistem usaha seperti pabrik pakan, pabrik es, hingga kuliner.

KKP juga meyakini bahwa komoditas udang dari Indonesia bisa mendominasi pasar Amerika Serikat (AS) karena ada aturan baru dari negara adidaya tersebut terkait pembebasan Bea Masuk (BM) untuk udang yang masuk ke AS.

Sebagai gambaran, berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries, pada bulan April 2021, nilai impor udang AS mencapai 514,2 juta dolar AS atau meningkat sebesar 17 persen dibanding April 2020. Dari sisi volume, impor udang AS pada April 2021 sebesar 61,1 ribu ton atau meningkat sebesar 18,2 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu udang yang berasal dari Indonesia sejak Januari-April 2021 sebesar 503,8 juta dolar (24,1 persen) dengan volume 58,0 ribu ton (23,5 persen).

Penekanan kepada komoditas udang untuk peningkatan produksi dan ekspor memang merupakan wajar karena menurut pakar oseanografi atau ilmu kelautan IPB, Alan F Koropitan mengingatkan bahwa ke depan hasil perikanan tangkap bakal stagnan dan sukar berkembang, sehingga masa depan perikanan ada di bidang budi daya.

Bila Indonesia dapat mencapai target yang diinginkan terkait dengan komoditas udang pada tahun 2014, maka hal tersebut juga akan bisa membuka jalan kepada berbagai pengembangan komoditas perikanan budi daya lainnya di Tanah Air.

Baca juga: Potensi Tambak Udang dan Ikan Inhil 31.600 Hektare, Tergarap 1.443Ha