Pekanbaru (ANTARA) - Ketua Ahli Epidemiologi Riau, dr Wildan Asfan Hasibuan, mengkritisi Satgas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Provinsi Riau yang melakukan kegiatan penyemprotan disinfektan ke jalan raya sebagai antisipasi terhadap lonjakan pandemi mematikan di daerah berjuluk "Bumi Lancang Kuning" itu.
"Penyemprotan desinfektan ke jalan tidak tepat karena manfaatnya kecil," kata Wildan Asfan Hasibuan kepada ANTARA di Pekanbaru, Senin.
Ia mengatakan harus ada upaya yang lebih intens terutama oleh satuan tugas (Satgas) di tingkat desa/kelurahan dalam pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang didukung oleh Satgas Kecamatan, dan kabupaten/kota. Upaya tersebut harus berbasis mikro di tingkat RW atau Dusun untuk melaksanakan protokol kesehatan 5M , 3T , dan vaksinasi harus dilakukan secara bersamaan.
Menurut dia, penegakan hukum yang lebih tegas adalah yang diperlukan terutama bagi warga yang mengabaikan protokol kesehatan. "Satgas provinsi perlu mendukung logistik, personil, pembiayaan, dan bimbingan teknis," ujarnya.
"Sekali lagi harus didukung dengan penegakan hukum. Kita tidak ingin Riau menjadi seperti India. Upaya maksimal sampai dengan 17 Mei atau setelah lebaran akan menunjukkan kita berhasil atau gagal mengendalikan COVID-19 di Riau," lanjut Wildan.
Satgas COVID-19 Riau yang dipimpin oleh Polda Riau melakukan penyemprotan disinfektan di jalan-jalan protokol Kota Pekanbaru pada Senin siang. Penyemprotan menggunakan kendaraan taktis Polda Riau mulai dari Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Samratulangi, Pasar Bawah, dan Jalan Juanda.
"Hari ini kita laksanakan himbauan kepada warga Kota Pekanbaru khususnya, bahwa COVID-19 masih belum usai. Kita bersama forkopimda ingin lebih mengingatkan agar menjaga diri dengan 5M," kata Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi.
lonjakan kasus di Riau sudah sangat luar biasa karena berdasarkan Dinas Kesehatan Riau rata-rata penambahan kasus baru berkisar 400-500 orang per hari. Selama bulan April kasus terkonfirmasi COVID-19 di Riau lebih dari 9.500 orang, yang merupakan tertinggi sejak wabah terjadi.
Sudah sejak lama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai penyemprotan jalan dengan disinfektan adalah cara konyol untuk menghindari penularan Virus Corona. Pakar epidemiologi di Indonesia juga sudah memahami bahwa penyemprotan jalan dengan disinfektan tidak disarankan WHO, namun penyemprotan ke jalan masih juga dilakukan oleh pemangku kebijakan.
Baca juga: Penyaluran bantuan di BRI Sabak Auh Siak dinilai melanggar prokes, camat datangi lokasi
Baca juga: Kapten Kapal asal India berlabuh di Dumai positif COVID-19, varian baru?
Baca juga: Mewujudkan kelompok sebelum kekebalan kelompok
Epidemiolog kritik Satgas COVID-19 Riau masih semprotkan disinfektan di jalan
Penyemprotan desinfektan ke jalan tidak tepat karena manfaatnya kecil