Pekanbaru (ANTARA) - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sebagian daerah di Indonesia saat ini telah dilakukan. Namun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menemukan kasus COVID-19 di 1.296 sekolah PTM terbatas.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadiatau yang akrab disapa Kak Setomenyarankan pemerintah tidak terburu-buru dalam melaksanakan PTM.
"Hak pertama anak ialah hak hidup dan tidak terancam kematian. Yang kedua adalah hak sehat. Jangan sampai dikarenakan buru-buru tatap muka, akhirnya anak terpapar virus Corona," ucap Kak Seto saat jumpa pers di Pekanbaru, Kamis (23/9/)
Kak Seto menuturkan untuk melakukan PTM harus ada lima tahapan siap. Pertama siap wilayah, yaitu zona COVID-19 hijau atau kuning. Kedua adalah siap anak, yaitu anak sudah siap menaati protokol kesehatan. Ketiga siap keluarga, keluarga siap mendampingi, memesankan atau menyiapkan bekal. Dikarenakan kantin sekolah tidak boleh dibuka. Keempat adalah siap sekolah. Sekolah menyediakan air mengalir, sabun, handsanitizer, dan tempat duduk yang berjarak. Terakhir, siap infrastruktur. Anak-anak tidak boleh bergandengan tangan atau berdesakan di angkutan umum.
"Kami mohon jika satu dari lima hal tersebut tidak siap, jangan dulu belajar tatap muka. Itu yang sudah kami kampanyekan," tegas Kak Seto didampingi Ketua LPAI Provinsi Riau.
Terkait pembelajaran daring, Kak Seto menjelaskan, berdasarkan catatan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 13 anak anak mengalami depresi. Dan beberapa sudah dirawat di RSJ.
"Tercatat 2-3 anak bunuh diri karena merasa tidak siap. Dikarenakan tidak semua anak mengalami fasilitas teknologi. Mungkin ada permasalahan sinyal, kuota habis, keterbatasan laptop atau gawai," ungkap Kak Seto yang juga didampingi Ketua LPA Kota Pekanbaru.
Berdasarkan Surat Edaran Kemendikbudristek Nomor 4 tahun 2020, pembelajaran daring memberikan pelajaran yang bermakna bagi siswa. Menurut Kak Seto, bermakna itu mudah ditangkap, jelas dan tidak menuntut penuntasan kurikulum untuk kelulusan ataupun kenaikan kelas.
"Masalah ini sangat kompleks. Kami sudah memohon kepada kementerian pendidikan agar dinyatakan dengan tegas semua anak akan naik kelas. Supaya tidak ada diskriminasi. Mungkin di kota sudah mempelajari semua, tapi yang di desa belum tentu," terangnya.
Baca juga: Puncak Hari Anak Nasional di Pekanbaru dihadiri Kak Seto
Baca juga: Kak Seto Mulyadi akan jalani operasi kanker prostat
Berita Lainnya
Buntut penganiayaan, Kak Seto minta penitipan anak ESD di Pekanbaru ditutup
08 August 2024 18:28 WIB
Penitipan anak di Pekanbaru yang diduga aniaya bocah ternyata tak miliki izin
08 August 2024 17:25 WIB
Ada jual beli bayi di Jakbar, ini kata Kak Seto
24 February 2024 3:44 WIB
Dugaan kekerasan seksual yang melibatkan bocah TK di Pekanbaru berakhir damai
19 January 2024 16:19 WIB
Kak Seto ikut mediasi dugaan kekerasan seksual anak di Pekanbaru
18 January 2024 17:22 WIB
Kak Seto jenguk bocah korban kekerasan seksual di Pekanbaru, ini katanya
17 January 2024 21:21 WIB
LPAI dukung revisi PP 109/2012 tentang tembakau demi kepentingan anak
07 August 2022 10:01 WIB
LPAI tegaskan tak membela pelaku kejahatan seksual terhadap anak
08 July 2022 22:50 WIB