Mengenal sejarah Batu Angku Angin di Kuansing

id Teluk Kuabtan,Kuansing

Mengenal sejarah Batu Angku Angin di Kuansing

Syeikh Angku Angin Muhamad Hadi. (ANTARA/dok)

Teluk Kuantan (ANTARA) - Syeikh Muhammad Hadi dengan gelar Angku Angin memiliki berbagai karomah semasa hidupnya. Siapakah sosok ini sebenarnya?

Seperti diceritakan anak Buya Syeikh Ma'rifat Mardjani, Nariman Hadi yang juga merupakan cucu Syeikh Muhammad Hadi, sepulang dari Mekkah pada 1800-an dan tiba di Sei Alah Kuantan Singingi bersama anak tunggalnya Fatimah Hadi yang lahir di Mekkah, Syeikh M Hadi langsung membuka pengajian ilmu agama Islam. Ia mengajak masyarakat tetap kokoh berpegang teguh dengan ajaran Islam sembari beraktivitas berladang.

"Pengajian tasawuf, tauhid, fiqih, hadist dan mengajak masyarakat memperkokoh iman dan takwa kepada Allah SWT," kata SyeikhMa'rifatyang ditemui belum lama ini.

Waktu itu, kondisi masyarakat masih banyak yang belum memahami betul Islam secara baik. Karena, Syeikh Muhamad Hadi juga salah satu mukti Indragiri di Mekkahsehingga memahami betul karakter masyarakat setempat.

Dengan metode yang baik, apa yang disampaikan oleh Tuan Syeikh Angku Angin Muhammad Hadi dapat diterima oleh semua masyarakat setempat.

Syeikh Angku Anginberperan aktif pada perkembangan penyebaran Islam pada masa itu.Sebagai bukti sejarah masih ada surau tinggi dan sejumlah kitab kuno milik Tuan Syeikh yang dibawa langsung dari Mekkahdan Madinah.

Tak kenal lelah, setelah pulang ke Sei Alah, Syeikh M Hadi yang lama bermukim di Mekkah langsung menyebarluaskan ajaran Islam.

Menariknya, masyarakat mudah menerima apa yang disampaikan, dengan santun, ramah berbondong - bondong warga belajar. Tuan guru Syeikh Muhamad Hadi membangkitkan semangat Islam itu di hati masyarakat Kuansing.

Kesuksesan dalam mengajar itu, bisa saja menjadi salah satu bukti salah satu karomah Syeikh Angku Angin. Dan, dengan kefasihan membaca sejumlah kitab gundul berbahasa Arab, hingga masyarakat memberikan gelar "Angku Angin" kepada Syeikh Muhamad Hadi, bahkan Tuan Guru sangat hapal Alquran.

Menurut Nariman Hadi yang juga sebagai dosen dan Ketua Prodi Agribisnis Universitas Islam Kuansing (UNIKS), hingga saat ini, ada salah satu lokasi dapat dijadikan objek wisata lokal bagi masyarakat Teluk Kuantan, yakni batu Angku Angin yang berada di Sungai Kuantan. Batu itu tidak pernah tenggelam walaupun sungai sedang pasang dan besar.

Mengapa disebut Batu Angku Angin? Pada saat menyeberang sungai dengan naik sampan bersama masyarakat menuju suatu kampung terpencil, Syeikh Muhamad Hadi berhenti sholat di atas batu di tengah sungai yang besar dan dalam.

Namun, tanpa disadari penumpang, tak berapa lama pengemudi sampan langsung berangkat, padahalSyeikh Angku Angin belum naik ke perahu. Akhirnya Syeikh Angku Angin pun tertinggal.

Pada saat itulah, Tuan Syeikh Muhamamd Hadi dengan gelar Angku Angin bermunajat dan berdoa kepada Allah SWT.

Doanya diijabah oleh Allah SWT, tiba-tiba, perahu yang sudah jauh meninggalkannya, spontan berbalik. Tanpa disadari oleh pengemudi dan penumpang, tiba - tiba perahu kembali ke lokasi batu tempat Syeikh Angku Angin melaksanakan shalat.

Dari peristiwa itu, masyarakat merasa heran dan terpana, serasa tak percaya melihat kejadian itu. Kagum dan menyaksikan akan karomah Syeikh Muhammad Hadi.

Batu itu hingga saat ini masih berdiri kokoh di tengah Sungai Kuantan. Sebahagian masyarakat yang mengenang kisah itu menamainya sebagai batu Angku Angin.

Oleh karena itu, batu bersejarah yang di Batang Kuantan atau Sungai Kuantan, Lubuk Ambacang itu bisa dijadikan salah satu kawasan objek wisata baru bagi masyarakat.

Pemerintah Kabupaten dan Provinsi Riau dapat mengoptimalkan objek wisata itu menjadi ikon daerah yang bernilai religi tinggi. Lokasi yang hanya jarak tempuh 40 menit, berkisar 20 km dari Lubuk Ambacang naik sampan atau 25 km dari Kota Teluk Kuantan naik mobil ke titik awal menuju Batu Angku Angin.

Seperti diketahui, Buya Syeikh Ma'rifat Mardjani adalah menantu Syeikh Angku Angin Muhamad Hadi atau suami dari Fatimah Hadi.

Dimana, Fatimah Hadi juga dinobatkan sebagai pahlawan Kuansing dan tokoh pendidikan Riau.

Buya Syeikh Ma'rifat Mardjani adalah satu satunya putra terbaik Riau yang duduk dan menjadi anggota parlemen RI tahun 1955 atau pada masa PresidenSoekarno dan Wakil Presiden RI Muhamamd Hatta.

Buya Syeikh Ma'rifat Mardjani adalah tokoh pendiri Provinsi Riau dan telah dinobatkan sebagai pahlawan mengingat semasa hidupnya selain berjuang untuk masyarakat Riau juga berperan aktif berdakwah menyebarkan agama Islam.