Pekanbaru (ANTARA) - Kabut asap kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Provinsi Riau makin pekat dan membuat jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) meningkat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau, Mimi Nazir di Pekanbaru, Senin, mengatakan sejak tanggal 1 hingga 22 September 2019 ada 34.083 kasus penderita ISPA di daerah berjuluk "bumi lancang kuning" itu. Jumlah tersebut meningkat banyak dibandingkan bulan sebelumnya.
"Jumlah kunjungan mencapai 34.083 dari periode 1 sampai 22 September 2019. Terjadi peningkatan dibandingkan bulan Agusutus yang sekitar 29 ribu kasus kunjungan," tambah Mimi Nazir.
Baca juga: Riau berstatus darurat pencemaran udara
Gubernur Riau, Syamsuar menyatakan status darurat pencemaran udara akibat kabut asap karhutla. Masa status darurat mulai berlaku sejak tanggal 23 hingga 30 September 2019.
Mimi menjelaskan sejak kabut asap karhutla mulai pekat menyelimuti Riau, khususnya Kota Pekanbaru, sejak awal September ini Pemprov Riau sudah membuka posko kesehatan di semua Puskesmas serta di semua rumah sakit umum daerah dan swasta.
Pemerintah daerah juga membuka 15 rumah singgah untuk warga yang dilengkapi dengan tenaga medis dan obat. "Di rumah singgah disediakan dokter, perawat, obat-obatan dan juga tabung oksigen untuk warga yang membutuhkan," katanya.
Sementara itu, Gubernur Riau Syamsuar menyatakan seluruh warga yang sakit akibat terdampak asap ditanggung oleh pemerintah.
"Semua pengobatan warga yang sakit akibat terdampak asap, gratis. Kalau ada yang diminta bayar, langsung laporkan ke kami," ujar Syamsuar.
Baca juga: Karhutla Riau - Asap dari Jambi dan Sumsel akan berkumpul di Riau
Berdasarkan pantuan, makin banyak warga khususnya anak-anak yang sakit akibat polusi asap sudah berbahaya. Sebabnya, asap sudah terasa hingga ke dalam bangunan, melalui ventilasi rumah, meski di ruangan berpendingin udara (AC).
"Anak makin lemah, tidak mau makan dan panasnya tinggi sampai kejang-kejang. Akhirnya terpaksa dibawa ke rumah sakit, dan kata dokter di tubuhnya banyak bakteri karena asap," terang seorang warga Pekanbaru, Ferdian di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Eria Bunda.
Anaknya yang berusia tiga tahun kini harus diinfus akibat kurang cairan dan menjalani pengobatan nebulizer empat hari dalam sehari untuk mengeluarkan dahak yang menggumpal di saluran pernafasannya.
Baca juga: Atasi Karhutla, Mendagri Tjahjo minta kepala daerah tidak dinas luar
Baca juga: Karhutla Riau, Posko PKS rawat 204 pasien
Berita Lainnya
PARADE FOTO - Langit Siak diselimuti kabut
01 November 2023 20:07 WIB
Sekolah di Riau kembali tatap muka karena kualitas udara membaik
10 October 2023 17:28 WIB
Ciptakan hujan buatan, BPBD Riau semai 500 kg garam di Siak dan Pelalawan
10 October 2023 11:26 WIB
Pro kontra belajar daring saat bencana kabut asap di Pekanbaru
10 October 2023 8:40 WIB
Riau dilanda kabut asap, proses belajar di Meranti tetap seperti biasa
09 October 2023 14:02 WIB
Jarak pandang akibat kabut asap di Batam sudah berangsur normal
09 October 2023 12:55 WIB
Dihantui kabut asap, SMA di Riau mulai belajar daring
09 October 2023 11:14 WIB
Dampak kabut asap, sekolah di Riau bisa secara daring
08 October 2023 20:27 WIB