Pekanbaru (ANTARA) - Dunia konservasi satwa kembali berduka. Seekor anak gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas mati akibat virus Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV), Sabtu (12/8).
Kepala BBKSDA Riau Genman S. Hasibuan melalui pernyataannya, Minggu, menjelaskan sehari sebelum kematiannya gajah bernama Rizki tersebut dalam keadaan sehat dan tak ada tanda sakit.
Saat pagi hari itu, Rizki diketahui masih bisa digiring untuk dimandikan, serta diberi minum dan makan.
"Namun sore harinya, saat akan digiring kembali ke PLG Minas, pawang gajah menyadari ada pembengkakan di wajah Rizki," sebut Genman.
Mengetahui hal itu, pawang gajah segera melaporkannya ke tim medis BBKSDA Riau. Rizki langsung diberikan penambahan makanan bernutrisi dan diawasi secara intensif.
Selama masa observasi, selain di bagian wajah yang terlihat bengkak, tidak ada perubahan nyata yang tampak pada satwa berbadan tambun tersebut.
"Pada pagi harinya, Sabtu 12 Agustus 2023 pukul 07.00 WIB dunia konservasi kembali berduka dengan kematian Rizki," lanjut Genman.
Tim medis langsung melakukan neukropsi kepada gajah yang baru berusia sekitar 3 tahun tersebut. Berdasarkan patologi anatomi, penyebab kematian Rizki diduga disebabkan oleh infeksi virus penyakit EEHV.
Hal tersebut ditandai dengan kondisi lidah kebiruan, mata dan muka bengkak, anus terbuka dan berlendir, kulit terdapat bintik merah, bagian mesentrium dan eerosa mengalami perdarahan, lambung, paru-paru, limpa dan usus besar juga mengalami perdarahan, hati membengkak, selaput ginjal lengket dan mengalami perdarahan, serta jantung mengalami perdarahan luas di semua lapisan.
Baca juga: BBKSDA Riau lakukan uji laboratorium pastikan penyebab kematian gajah
"Untuk memastikan penyebab kematian gajah Rizki, beberapa organ yaitu jantung, hati, limpa, ginjal, paru-paru, lidah, usus besar, usus kecil disisihkan dan akan diuji di laboratorium," pungkas Genman.
Diketahui sebelumnya, anak gajah sumatera bernama Damar juga ditemukan mati akibat virus yang sama di Unit Konservasi Gajah Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina, Kampar, Rabu (11/1) lalu.
EEHV sendiri merupakan jenis virus herpes yang hanya menjangkit gajah dan menyerang lapisan pembuluh darahnya. Virus ini hingga kini sulit dideteksi dan umumnya menjangkit anak gajah yang masih berusia di bawah 12 tahun.
Selain itu, hingga kini obat untuk virus ini belum ada. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin, namun hal itu hanya untuk meningkatkan imun. Tercatat hampir 70 persen anak gajah yang terjangkit virus ini mengalami kematian.
Selain gejala pada gajah yang terjangkit sulit dideteksi, waktu kematian pada gajah dapat terjadi sekitar 24-48 jam apabila imunitas gajah tidak kuat.
Baca juga: Diduga diracun, gajah jantan ditemukan mati di Pelalawan
Berita Lainnya
Kabar gembira, anak gajah Sumatera lahir di Bengkalis
08 April 2024 20:47 WIB
Polisi periksa eksternal dan internal TNTN terkait matinya gajah Rahman
25 March 2024 22:59 WIB
Chicco Jerikho datangi Polda Riau terkait matinya gajah Rahman
25 March 2024 18:15 WIB
Dua bulan berlalu, polisi masih selidiki kematian gajah Rahman dengan periksa 12 saksi
18 March 2024 19:25 WIB
Pemerhati desak Polda Riau tuntaskan penyelidikan kematian Gajah Rahman
17 March 2024 18:21 WIB
Masyarakat dukung penegakan hukum kematian gajah patroli Tesso Nilo
31 January 2024 15:31 WIB
Gajah di TNTN mati dengan gading hilang
11 January 2024 14:33 WIB
Anak gajah Sumatera mati usai kaki inveksi terlilit nilon
28 November 2023 11:56 WIB