Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Jumat, menguat seiring menurunnya Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) selama kuartal IV 2022.
Rupiah pada Jumat pagi dibuka naik 65 poin atau 0,43 persen ke posisi Rp14.982 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.047 per dolar AS.
"Data ekonomi AS yang dirilis semalam yang lebih buruk dari ekspektasi pasar bisa memberikan katalis positif untuk pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini. Rupiah berpotensi menguat," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ariston menuturkan data PDB AS kuartal IV 2022 dirilis mengalami revisi turun dibandingkan rilis bulan sebelumnya, dan klaim tunjangan pengangguran mingguan dilaporkan lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Ia mengatakan PDB AS kuartal IV 2022 tumbuh 2,6 persen, lebih rendah dibandingkan pada kuartal III sebesar 3,2 persen.
Sementara klaim awal AS untuk tunjangan pengangguran meningkat 7.000 ke penyesuaian musiman 198.000 untuk pekan yang berakhir 25 Maret, tertinggi dalam tiga pekan. Klaim tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebanyak 196.000.
Data tersebut bisa memperbesar kembali ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral AS atau The Fed tidak akan agresif menaikkan suku bunga acuan AS sehingga pasar kembali lagi masuk ke aset berisiko seperti rupiah.
Di sisi lain, dengan pembukaan kembali ekonomi China, aktivitas manufaktur dan non manufaktur China terus bertumbuh sehingga bisa menjadi katalis positif untuk rupiah.
Ariston memproyeksikan potensi penguatan rupiah ke arah Rp14.980 per dolar AS, sementara resisten di kisaran Rp15.100 per dolar AS.
Pada Kamis (30/3) rupiah ditutup naik sembilan poin atau 0,06 persen ke posisi Rp15.047 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.056 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah hari ini menguat seiring ekspektasi berakhirnya pengetatan moneter AS
Baca juga: Rupiah hari ini merosot seiring ekspektasi penundaan kenaikan suku bunga Fed