Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Pekanbaru melalui Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) setempat, siap memberikan pendampingan bagi korban dugaan kasus pelecehan seksual yang dialami mahasiswi Hubungan Internasional (HI) FISIP Universitas Riau (Unri).
"Dengan syarat jika korban melaporkan kasusnya kepada Dinas tersebut.Sepanjang melapor tentu kita wajib mendampingi," kata Kepala DP3A Kota Pekanbaru, Chairani di Pekanbaru, Sabtu.
Dikatakan Chairani, sejauh ini pihaknya belum menerima pelaporan dari korban dugaan kasus pelecehan seksual yang dialami mahasiswi Unri tersebut. "Kami masih menunggu pelaporan," katanya.
Namun demikian, lanjut dia, anggota yang ada di UPT sudah mengetahui informasi melalui akun media sosial mahasiswa tersebut.
Baca juga: Viral, mahasiswi Universitas Riau mengaku dilecehkan dosen
"Anggota tim akan terlebih dahulu melakukan penjangkauan untuk kondisi ini, bagaimana yang jelasnya. Tapi kalau mereka ada melaporkan secara resmi ke UPT, baru nanti insya Allah kita siap mendampingi," katanya lagi.
Disampaikan Chairani, meski memang nantinya mahasiswa ini tidak melaporkan, tim akan terus mencari informasi terkait kejadian ini. Rencananya akan langsung turun ke lokasi. Namun tentu masih sangat hati-hati.
"Karena kita tidak tahu juga apakah mahasiswa ini nantinya seperti apa, apa mungkin nanti takut dibully atau seperti apa. Jadi memang untuk pendampingan ya kita menunggu laporan resmi dulu. Karena kita tak bisa serta merta mendampingi, takutnya dia malah nggak mau kan dan akan menyelesaikan secara kekeluargaan atau bagaimana kita kan belum tahu," terangnya.
Jika memang kejadian ini benar adanya, Chairani sangat menyayangkan kejadian tersebut apalagi di sebuah kampus. Terlebih, terduga pelakunya adalah oknum dosen. Idealnya seorang pendidik harus membimbing dan mengayomi mahasiswanya.
Baca juga: Mahasiswa demo terkait pelecehan mahasiswi Univeraitas Riau, ini kata Wakil Rektor
"Terlepas ini kondisinya seperti apa di saat kejadian. Yang harus tetap kita jaga adalah harkat dan martabat mahasiswi ini sebagai perempuan harus kita jaga. Karena takutnya dengan kasus ini, psikis si mahasiswi tersebut bagaimana. Mungkin ada yang bully atau gimana kan. Karena semua pasti ada plus minusnya. Jadi dari kami memang harus pelan-pelan masuknya," katanya.
Ia berharap agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi, semua orang harus bisa menjaga harkat martabat perempuan dalam kondisi dan bentuk apapun. Itu tetap harus dijunjung tinggi dahulu. Apalagi notabene di lingkungan pendidikan yang si anak masih melanjutkan studinya dan menyusun masa depannya.
"Bagi perempuan juga harus selalu bisa menjaga sopan santun baik itu dari segi pakaian ataupun sikap segala macam. Jangan sampai mengundang hal-hal yang malah merugikan," pungkasnya.
Berita Lainnya
Berdayakan perempuan di bidang politik, DP3A Bengkalis gelar pelatihan
15 August 2022 20:34 WIB
Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Provinsi Aceh menurun
10 January 2022 21:58 WIB
DP3A Sulteng berdayakan rumah tangga kembangkan industri rumahan, atasi kesenjangan ekonomi
08 January 2022 19:30 WIB
DP3A Pekanbaru tangani 113 kasus kekerasan anak dan perempuan 2019
19 November 2019 8:05 WIB
Alami Kekerasan Perempuan dan Anak? Adukan ke Aplikasi DP3A Pekanbaru ini
23 June 2018 14:50 WIB
DP3A Riau Dirikan Sanggar Belajar Bagi Anak Kurang Mampu di Pekanbaru
24 April 2018 17:00 WIB
Banyak Korban Tewas Menenggak Miras Oplosan, DP3A Riau Minta Orangtua Awasi Pergaulan Remaja
12 April 2018 19:15 WIB
DP3A Riau Matangkan Persiapan Penilaian Anugerah Parahita Ekapraja
14 March 2018 19:55 WIB