Jakarta (ANTARA) - PT Mobil Anak Bangsa (MAB) selaku produsen bus bertenaga listrik dalam negeri mengklaim mampu merakit 100 bus ramah lingkungan itu dalam waktu sebulan.
"Kami dalam tahap pengembangan prototipe ketiga. Prosesnya pun telah masuk dalam tahap uji tipe di Kementerian Perhubungan," ujar Presiden Direktur PT Mobil Anak Bangsa, Mayjen TNI (Purn) Leonard, di Jakarta, Kamis.
Setelah lolos dalam tahap pengujian di Kementerian Perhubungan, prototipe bus listrik itu akan diajukan ke Kementerian Perindustrian untuk mendapatkan lisensi produksi.
Baca juga: Politeknik Bengkalis Juara Desain Teknologi Terbaik Mobil Listrik
Prototipe ketiga itu dipamerkan dalam ajang Busworld South East Asia 2019 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta pada 20-22 Maret.
Leonard mengatakan bus listrik MAB juga akan diuji coba di jalanan Jakarta sebagai bagian kerja sama dengan PT Transportasi Jakarta (PT Transjakarta).
"Proses administrasinya sudah dimulai secara simultan. Kalau Transjakarta menghendaki, kami akan menyiapkan unitnya," katanya.
Bahan baku karoseri, badan mobil, hingga desain sasis, menurut Leonard, sudah dikerjakan dengan bahan baku dalam negeri. Hanya baterai, motor listrik, dan pengendali (controller) yang masih harus dipasok dari negara lain.
"Kami masih bekerja sama dengan mitra kami di luar negeri. Dalam proses itu, kami menghendaki transfer of knowlegde. Kami juga berkerja sama dengan Institut Teknologi Bandung sehingga membuka peluang untuk memproduksi komponen dalam negeri yang jauh lebih layak," ujarnya.
Bus listrik MAB berkapasitas 24 kursi dengan empat tempat duduk prioritas disabilitas, ibu hamil, serta lansia. Secara keseluruhan bus itu punya kapasitas 60 penumpang.
Bus itu berbekal mesin Lithium Fenno Phosphabe (LiFePo) dengan daya 259 kWh, serta tenaga maksimum 268 hp. Interval pengisian baterai adalah tiga jam dengan jarak jelajah sejauh 300 km untuk sekali pengisian. Satu bus dipasangi 12 baterai.
"Kami membatasi kecepatan laju bus 70 km/jam meskipun kecepatan bus bisa mencapai lebih dari 100 km/jam. Torsinya udah 0 karena tidak menggunakan bahan bakar dan ketika pedal ditekan bisa langsung melaju," katanya.
Keuntungan penggunaan bus listrik selain mengurangi emisi adalah biaya operasional yang lebih hemat.
Leonard menyontohkan jika satu kilometer perjalanan bus berbahan bakar fosil membutuhkan biaya Rp100 ribu, bus listrik hanya berbiaya Rp30 ribu rupiah.
Terkait limbah baterai, piranti yang sudah tidak terpakai bisa digunakan untuk keperluan industri rumah tangga, misalnya solar sel dan berbagai kebutuhan lainnya.
"Kami akan mengganti baterai yang sudah berusia lima tahun. Laju bus pun akan lebih halus dan tidak berisik," kata dia.
Namun, bus listrik masih menyisakan persoalan yang harus dipenuhi seperti stasiun pengisian daya listrik.
Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan stasiun pengisian daya untuk bus listrik hanya terdapat dua stasiun di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur.
"Sudah ada dua unit pengisian daya (charging station) ang merupakan hasil kerja sama dengan operator di pool mereka di Pulo Gadung, Jakarta Timur," kata Agung.
Baca juga: Menristekdikti Siap Pasarkan Mobil Listrik Nasional Tahun 2020
Baca juga: Mobil Listrik Blits Tempuh 3.200 KM Surabaya-Pekanbaru
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB