Pekanbaru (ANTARA) - Ketegangan antara Iran dan Israel kembali meningkat tajam setelah serangan rudal yang saling dilancarkan kedua pihak pada Jumat lalu. Insiden ini memicu kekhawatiran komunitas internasional akan potensi meluasnya konflik ke seluruh kawasan Timur Tengah.
Ledakan terdengar di Tel Aviv dan Yerusalem menyusul serangan rudal balasan dari Iran dalam Operasi Janji Sejati 3, setelah sebelumnya Israel menggempur sejumlah sasaran strategis di Iran melalui Operasi Singa Bangkit. Serangan itu menewaskan pejabat tinggi militer Iran, termasuk Kepala Staf Umum Mayjen Mohammad Bagheri, serta sejumlah ilmuwan nuklir.
Pengamat geopolitik menilai bahwa serangan yang menargetkan tokoh-tokoh kunci dan fasilitas nuklir ini bisa memicu eskalasi yang lebih luas. Beberapa negara seperti Rusia, China, dan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB menyerukan penahanan diri dan dialog segera untuk mencegah ketidakstabilan kawasan yang lebih besar.
Sementara itu, para analis memperingatkan bahwa serangan ini bisa memicu keterlibatan pihak ketiga, baik negara-negara Teluk, AS, maupun sekutu regional lainnya, yang dapat memperumit situasi.
"Konflik terbuka antara dua kekuatan besar di kawasan ini hanya akan memperpanjang penderitaan sipil dan menciptakan kekacauan yang bisa menyebar ke negara tetangga," ujar seorang analis Timur Tengah dari lembaga internasional di Jenewa.
Dengan kondisi keamanan yang memburuk dan jalur diplomatik yang belum terlihat, masyarakat internasional kini berharap tekanan global bisa meredam ketegangan sebelum berubah menjadi perang terbuka berkepanjangan.
Baca juga: AS Evakuasi Staf Diplomatik di Irak di Tengah Meningkatnya Ancaman Regional
Baca juga: Rusia: Misi koalisi Amerika Serikat di Irak harus diakhiri sesuai jadwal