Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra yang juga Ketua MPR RI Ahmad Muzani mengingatkan agar para menteri Kabinet Merah Putih (KMP) mengikuti langkah dan irama Presiden RI Prabowo Subianto.
"Ikuti langkah dan irama Presiden. Ketika Presiden melangkah dalam 20 langkah maka para menteri dan pembantunya mestinya juga mengikuti langkah yang sama dari Presiden. Ketika Presiden berputar ke kanan, ikutilah langkah ke kanan dan seterusnya," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat.
Hal itu disampaikannya merespons usulan agar Presiden Prabowo kembali melakukan perombakan kabinet (reshuffle) yang dilontarkan aktivis saat acara Sarasehan Aktivis Lintas Generasi Memperingati Reformasi 1998 bertema “Dari Demokrasi Politik Menuju Transformasi Demokrasi Ekonomi” di Jakarta, Rabu (21/5).
Selain mengikuti langkah dan irama Presiden Prabowo, dia juga berharap agar para menteri dapat menunjukkan kinerja yang lebih produktif.
"Kami berharap para menteri bekerja lebih aktif lagi," ucapnya.
Meski demikian, dia mengaku bahwa sejauh ini belum mendapatkan informasi dari Presiden Prabowo terkait tanggapannya atas usulan perombakan Kabinet Merah Putih yang kembali muncul tersebut.
"Sejauh ini saya belum mendapatkan informasi tentang pandangan dan pemikiran tersebut dari Presiden, sejauh ini belum," kata dia.
Sebelumnya, aktivis lintas generasi menggelar sarasehan memperingati 27 tahun reformasi 1998 dengan tema "Dari Demokrasi Politik Menuju Transformasi Demokrasi Ekonomi" di Jakarta, Selasa (21/5).
Dalam kesempatan tersebut, salah satu aktivis yang juga pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa momentum reformasi 1998 bukan sekadar untuk diperingati, melainkan untuk diulangi dalam kaitannya dengan transformasi demokrasi ekonomi di Indonesia.
Rocky yang menyatakan dukungannya terhadap ekonomi sosialis pun menyebut bahwa Presiden RI Prabowo Subianto menghendaki pula gagasan tersebut saat berdiskusi langsung dengan dirinya beberapa tahun lalu.
"Kami bicara tentang masa depan. Saya tantang anda mau nggak jadi pemimpin sosialis Indonesia? Dia bilang, 'Bahkan saya ingin jadi pemimpin sosialis Asia'," katanya.
Dia pun memandang perombakan kabinet (reshuffle) sebagai salah satu peluang bagi pemerintahan Presiden Prabowo untuk dapat mengejawantahkan gagasan ekonomi sosialis tersebut.
"Maka tugas presiden mengganti mereka yang do not speak socialism, dan itu yang namanya perubahan paradigma baru," tutur dia.
Sebaliknya, aktivis yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengaku tak sejalan dengan pandangan yang mendorong Presiden Prabowo Subianto untuk kembali merombak kabinetnya sebab pemerintahan baru saja berjalan sehingga justru dapat mengganggu produktivitas.
Ketua Komisi III DPR RI itu pun meminta publik tak memandang sebelah mata akan kemampuan Presiden Prabowo mengawaki kabinet pemerintahannya.
Dia memandang Presiden RI Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum Partai Gerindra justru memiliki kelebihan dalam hal memanajemen sumber daya manusia (SDM) yang ada di sekitarnya.
Kemampuan lebih itu, lanjut dia, bahkan bak indera keenam sehingga Presiden Prabowo bisa mengetahui mana orang yang mempunyai maksud tak jujur dan pikiran ikhlas untuk bekerja bagi pemerintahannya.
"Kalau kita sudah bawaannya 'mengolah' datang ke dia nggak dapat, karena dia nggak tahu ya, dia ada kayak indera keenam Pak Prabowo ini. Ada yang 'tukang olah', dia tahu, gitu loh. Memang, tentu Pak Prabowo ini punya strategi dalam me-manage sumber daya manusia di sekitar beliau," ucap.