Kejari Bengkalis usut dugaan korupsi tambak udang di kawasan hutan

id Kejari Bengkalis,Tambak udang ilegal

Kejari Bengkalis usut dugaan korupsi tambak udang di kawasan hutan

Tambak udang di kawasan hutan yang diduga adanya tindak pidana korupsi (ANTARA/Ho-Kejari Bengkalis)

Bengkalis (ANTARA) - Kejaksaan Negeri (Kejari) Bengkalis tengah melakukan penelusuran terkait dugaan korupsi pengelolaan tambak udang di kawasan hutan.

Kepala Seksi (Kasi) Intelijen Resky Pradhana Romli Kejari Bengkalis dalam pernyataannya, Senin, menyebutkan proses penyelidikan telah dilakukan sejak beberapa waktu yang lalu.

Perkara yang berpotensi merugikan keuangan negara yang cukup besar itu diusut oleh Tim pada Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Bengkalis.

Dalam kurun waktu 18 hari penyelidikan dengan mengumpulkan bahan, data dan keterangan, Tim Penyelidik berkeyakinan ada peristiwa pidana dalam kegiatan yang berlangsung dalam rentang waktu 2020-2024 itu. Oleh karena itu Tim Jaksa sepakat meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan.

Kejari Bengkalis merupakan Aparat Penegak Hukum (APH) pertama di Indonesia yang menangani perkara tindak pidana korupsi pada sektor perikanan khususnya tambak udang.

Dalam proses penyidikan, Tim Jaksa Penyidik berusaha mengumpulkan alat bukti untuk memperkuat sangkaan. Alat bukti yang cukup juga berguna untuk menetapkan tersangka dalam perkara ini.

Satu persatu saksi dipanggil untuk diperiksa. Tim Penyidik juga telah melakukan pemeriksaan di beberapa titik lokasi tambak udang dengan mendatangkan ahli kehutanan dan ahli lingkungan.

"Dalam melakukan pemeriksaan lapangan ditemukan pelaku usaha melakukan kegiatan usaha di kawasan hutan dengan cara membabat hutan bakau yang ada di pinggir pantai dan melaksanakan usaha tanpa izin dari pihak yang berwenang," sebut Resky.

Tidak hanya itu, lanjutnya, diduga limbah hasil usaha tidak diolah sebagaimana mestinya sehingga tambak udang yang dibangun di pinggir laut dapat menimbulkan sejumlah bahaya lingkungan dan kesehatan yang dapat merusak ekosistem laut.

Kerusakan lingkungan ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air, mempengaruhi kehidupan biota laut, dan merusak habitat alami sehingga mengganggu perekonomian masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut.

Hingga saat ini proses penyidikan masih terus berlanjut. Terkait berapa nilai kerugian negara yang ditimbulkan dalam perkara ini, Resky mengatakan hal tersebut masih dalam perhitungan tim auditor eksternal yang ditunjuk.

"Bagaimana hasilnya nanti, akan kita sampai ke publik. Namun prediksi kita, nilainya cukup fantastis," pungkasnya.