Kelompok Tani di Inhu bertani dengan sistem M-TOT

id Rengat,Indragiri Hulu

Kelompok Tani di Inhu bertani dengan sistem M-TOT

Kelompok Tani di Inhu. (ANTARA/Asri)

Rengat (ANTARA) - Anggota Kelompok Tani Berkah Mandiri (KT-BM) di Desa Kuala Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, mampu meningkatkan pendapatan dari hasil panen tanaman hortikultura denganmenggunakan Metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (M-TOT).

Salah satu anggota KT-BM, asal Desa Sialang Dua Dahan, Ida Cahyanimengaku baru selesai panen jagung di atas lahan miliknya pada Jumat(6/7).

"Sebelum menggunakan M-TOT, hasil panen biasa saja. Tapi, setelah memanfaatkan sistem itu hasil lebih besar," katanya di Rengat.

Panen jagung di atas lahan yang tidak terlalu luas namun hasilnya mengagumkan dan buahnya besar, biji padat serta jumlah mendongkrak pendapatan.

Awalnya tidak yakin, tetapi setelah paham metode M-TOT langsung memulai mencoba. Ternyata, dengan biaya rendah dan pengelolaan yang mudah dapat menghasilkan jagung lebih banyak.

Dia mengatakan dengan biaya ringan, hasil lebih besar diperoleh dengan M-TOT. Sebab, petani tanpa menggunakan pupuk kimia. Artinya, dapat menghemat biaya dan pekerjaan justru lebih mudah.

"Saya juga mengajak petani lain untuk mencoba cara ini, lebih simpel," ujarnya.

Kata Ida lagi, tanaman jagung miliknya sangat sehat dan hasil panen melimpah setelah masa tanam selama 70 hari.

Agar semua petani memanfaatkan cara M-TOT lebih optimal, penting ada penyuluhan dan pembinaan dari instansi terkait.

Di tempat lain, salah satu petani mentimun bernamaWahyudimengaku memanfaatkan lahan dengan cara tanpa olah tanah namun hasil panen lebih tinggi.

"Saya memanfaatkan sisa tanaman pelepah sawit, jerami dan pisang sebagai mulsa," ujarnya seraya mengatakan selama tujuh kali melakukan penanaman menggunakan metode M-TOT ini, hasilnya sangat menggembirakan.

Apa yang dilakukan Ida Cahyani dan Wahyudi merupakan bagian dari program Yayasan Farmer Initiatives For Ecological Livelihoods And Democracy (Field) Indonesia. Field Indonesia terus membantu para petani untuk mengembangkan usaha pengolahan lahan pertanian agar dapat berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memajukan ekonomi daerah menuju ketahanan pangan nasional.

“Khusus di kabupaten Indragiri, pengembangan pertanian di Negeri Sejarah itu memang menjadi tantangan tersendiri mengingat kondisi lahan yang terbatas dan lebih banyak lahan rawa-rawa,” jelas Fasilitator Provinsi Riau untuk program udara bersih Indonesia (UBI) dari Field Indonesia Aryani Kodriyana.

Yana, begitu biasa ia disapa mengaku saat metode Metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (M-TOT) yang merupakan bagian dari program Udara bersih Indonesia (UBI) diperkenalkan pertama kali memang tidak mudah.

“Kita melakukan pembinaan kepada petani dan kelompok petani di empat desa di kecamatan Kuala Cenaku yakni desa Pulau Jumat, desa Kuala Cenaku, Desa Pulau Gelang, dan Desa Rawa Asri dan serta satu desa di *ecamatan Rengat Barat yakni desa Sialang Dua Dahan,” imbuhnya.

Setelah dipraktekkan, lanjut Yana ternyata MTOT sangat efektif karena mengurangi biaya usaha tani dan mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

“Melihat semangat teman-teman baik itu dari Koordinator kabupaten dan petani, saya optimis metode MTOT ini dapat terus berkelanjutan sehingga memberikan manfaat yang besar bagi petani,” imbuhnya dengan semangat.

Para petani di lima desa itu, kata Yana menanam tanaman holtikultura dengan metode mulsa tanpa olah tanah (M-TOT) yang sangat bermanfaat bagi program ramah lingkungan karena tanpa menggunakan bahan kimia namun memanfaatkan bahan alami seperti tumpukan jerami dan bahan organik lainnya.

“Kelima desa yang ada di dua kecamatan itu sendiri selama ini dikenal sebagai daerah penghasil holtikultura terbesar di Inhu sehingga dengan adanya metode UBI dapat meningkatkan ekonomi petani setempat secara optimal,” imbuhnya.