Jakarta (ANTARA) - Bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, Minggu (24/5), pemerintah melakukan rekayasa hujan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk membasahi gambut di wilayah Provinsi Riau sebagai upayapencegahan kebakaran hutan dan lahan di wilayah itu.
"Tim tetap bekerja di hari raya dengan melakukan satu sorti penerbangan. Target penyemaian di Kabupaten Bengkalis, Siak dan Kepulauan Meranti, menghabiskan 800 kilogram garam NaCl," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Basar Manullang dalam keterangan tertulisnya pada media di Jakarta, Senin.
TMC dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU dan mitra kerja.
Basar mengatakan rekayasa hujan tetap dilakukan karena dari rekomendasi BMKG dan BPPT, masih terdapat potensi awan hujan di atas wilayah langit Riau.
Jika pelaksanaan rekayasa hujan ditunda, jadwal pelaksanaan yang hanya 15 hari kerja, bisa bergeser lebih lama. Sementara untuk wilayah kerja lainnya sudah menunggu, yakni di Sumatera Selatan.
"Tim tetap bekerja demi Merah Putih. Sebagaimana arahan Ibu Menteri pada kami, rekayasa hujan ini sangat penting, artinya guna membasahi gambut, mengisi kanal dan embung, karena sebentar lagi kita akan memasuki musim kering. Mudah-mudahan dengan upaya ini kita bisa mencegah kebakaran hutan dan lahan berskala besar," kata Basar.
Sejak dimulainya operasi TMC pada 13 Mei hingga 24 Mei, telah dilakukan 10 sorti penerbangan dengan total bahan semai NaCl 8 ton di wilayah Provinsi Riau.
TMC berhasil menghasilkan hujan di wilayah Kota Pekanbaru, Siak, Kuala Kampar, Sei Pakning, Kandis, dan Sedinginan.
"Sejak dimulainya operasi rekayasa hujan melalui TMC tanggal 14 Mei hingga 24 Mei tercatat total volume air hujan secara kumulatif diperkirakan mencapai 33,1 juta meter kubik," ujar Basar.
Berdasarkan prediksi BMKG, musim panas diprediksi mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus. Rekayasa hujan melalui TMC dilakukan KLHK karena melihat mayoritas Titik Pemantauan Tinggi Muka Air Tanah (TP-TMAT) lahan gambut di Provinsi Riau, telah menunjukkan pada level waspada.
"Kita syukuri rekayasa hujan yang dilakukan beberapa hari ini telah menambah tinggi muka air tanah gambut di Riau untuk mencegah terjadinya karhutla. Kalaupun masih terjadi, mudah-mudahan pasokan air ini cukup untuk mengisi embung dan kanal guna membantu tim darat melakukan pemadaman. Kita sangat berharap jangan sampai ada karhutla di situasi masyarakat sedang mengalami bencana pandemi corona," kata Basar.
KLHK memprioritaskan rekayasa hujan pada berbagai lokasi di provinsi-provinsi yang sangat rawan karhutla, seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan untuk wilayah Sumatera.
Rekayasa hujan dilakukan dengan pesawat Casa A-2107 milik TNI AU yang membawa garam dan menyemainya di sekitar awan hujan dengan ketinggian sekitar 10.000-12.000 kaki.
Baca juga: KLHK tetap rekayasa hujan cegah karhutla saat wabah COVID-19
Baca juga: Aktivis lingkungan soroti dua kali penundaan vonis perkara Karhutla PT SSS. Ada apa?
Rekayasa hujan untuk basahi gambut Riau di Idul Fitri
Target penyemaian di Kabupaten Bengkalis, Siak,"