Pekanbaru (Antarariau.com) - Produsen pulp dan kertas Indonesia, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, menguasai 25 persen pangsa pasar kertas fotokopi di Jepang, yang selama ini dikenal punya standar tinggi dalam bidang perdagangan.
"Kami sudah menerapkan standar tertentu dalam pengelolaan hutan pemasok bahan baku, termasuk APP. Ternyata mereka dapat memenuhinya," ungkap Vice Executive Officer CSR & General Affairs Askul Corporation, Karnei, di Tokyo, Jepang melalui rilis pers yang diterma Antara di Pekanbaru, Rabu.
Dalam menembus pasar di negeri matahari terbit itu, APP menggunakan payung APP Jepang (APPJ) dan menggandeng Askul Corporation sebagai mitra distributor. Jaringan distribusi Askul telah menjangkau ke seluruh pelosok negeri Jepang.
Pasar Jepang yang kompetitif menuntut kualifikasi ketat yang harus dipenuhi para pelakunya. Sejak tahun 2015, tercatat sekitar 25 persen pasar kertas fotokopi di Jepang dengan volume 300.000 ton per tahun dikuasai oleh APP. Ini belum termasuk kertas tisu, kertas cetak, kertas pembungkus, dan alat tulis kantor.
Askul mengaku mendapat tekanan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) tertentu untuk mempertimbangkan aspek lingkungan. Ini karena ada isu pengelolaan hutan sempat menerpa APP. "Pada saat yang sama, Askul harus membeli kertas fotokopi," ujarnya.
Akhirnya, Askul juga turut berperan aktif dalam menangani isu lingkungan tersebut. Sejak tahun 2008, mereka membuat program untuk setiap penjualan satu kotak kertas fotokopi ditukar dengan penanaman dua pohon di Indonesia.
Menurut dia, pada akhirnya isu lingkungan terbukti tidak menggoyahkan konsumen di Jepang. Kami menjelaskan, tahun lalu penjualan Askul berkisar 315 miliar Yen, dan tahun ini diperkirakan naik menjadi 345 miliar Yen dengan pertumbuhan pasarnya sebesar lima persen per tahun.
Sementara itu, Chairman APP Jepang Tan Ui San mengatakan Jepang adalah pasar ekspor ketiga terbesar bagi APP dengan nilai penjualan 800 juta dolar AS per tahun.
Tan menegaskan, komitmen APP dalam kebijakan konservasi hutan "Sejak 2013, kami tak memakai hutan alam untuk sumber bahan baku," tegasnya.
Selama hampir 20 tahun di pasar Jepang, APPJ telah banyak melakukan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), salah satunya sejak 2014 APPJ mendukung Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) untuk turut berpartisipasi dalam konservasi orangutan.
"Pada tahun 2016 kami mendonasikan sebagian penjualan kertas fotokopi dan donasi ini digunakan untuk ongkos transportasi mengembalikan orangutan ke habitat aslinya," ucap Tan.
Tan mengungkap bahwa Askul juga berpartisipasi dalam program restorasi hutan seluas 20 hektar di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Riau dengan nilai investasi sekitar 3 juta Yen.
Yang terbaru, Askul tengah mempelajari program agroforestry, bekerja sama dengan APP untuk mendukung sejumlah komunitas lokal di Indonesia.
Secara bisnis, lanjutnya, APP Jepang juga telah diakui dengan menjadi anggota Keidanren (Kamar Dagang dan Industri Jepang). Sebanyak 1.524 perusahaan bernaung di bawah Keidanren, dan APP tercatat sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang menjadi anggota federasi ini.
Untuk memantapkan posisi di Jepang, APP mengikuti program sertifikasi produk di bawah skema "Programme for The Endorsement of Forest Certification" (PEFC) dan Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI).
PEFC ialah inisiatif negara-negara Amerika Utara dan sebagian Eropa sejak 1990-an. Ketaatan perusahaan bersertifikat PEFC diaudit tiap tahun. "Sertifikasi ini diharapkan akan meningkatkan kepercayaan pasar bahwa produk yang dihasilkan memperhatikan kelestarian lingkungan melalui proses yang berkelanjutan," katanya.