Istanbul (ANTARA) - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Kamis, menolak pembicaraan apa pun mengenai potensi kepemilikan AS atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia (ZNPP).
Dalam percakapan lewat telepon pada Rabu, Presiden AS Donald Trump dan Zelenskyy membahas situasi seputar pasokan energi ke Ukraina dan pembangkit listrik tenaga nuklir negara itu, kata Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio dalam sebuah pernyataan yang dirilis Gedung Putih.
Menurut pernyataan itu, Trump memberi tahu Zelenskyy bahwa AS dapat membantu menjalankan PLTN tersebut dan kepemilikan atasnya akan menjadi "perlindungan terbaik."
Sementara Zelenskyy mengatakan dia tidak membahas soal kepemilikan ZNPP dengan Trump, melainkan hanya membahas pemulihan dan modernisasi pembangkit tersebut.
“Jika Amerika berpikir tentang cara mencari jalan keluar dari situasi ini, ingin mengambilnya (ZNPP) dari Rusia, dan ingin berinvestasi serta memodernisasinya— itu pertanyaan yang berbeda … Namun, kami jelas tidak membahas masalah kepemilikan (dengan Trump),” kata Zelenskyy dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Store di Oslo.
Menurut dia, Trump bertanya kepadanya mengenai pandangannya tentang PLTN tersebut selama percakapan telepon mereka. "Saya katakan kepadanya (Trump) bahwa jika itu bukan Ukraina, maka itu tidak akan berlaku but siapa pun. Ini ilegal."
Zelenskyy mengungkapkan bahwa semua pembangkit listrik tenaga nuklir di negara itu adalah milik rakyat Ukraina, dan mereka yang bekerja di PLTN-PLTN itu digaji negara Ukraina dan mereka itu warga negara Ukraina.
Zelenskyy memandang ZNPP sebagai masalah “berbahaya” karena kurangnya perawatan yang tepat di PLTN tersebut walaupun ada personel dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Presiden Ukraina itu menggarisbawahi "kondisi teknis yang sangat parah" dari stasiun tersebut, dengan tidak adanya pasokan air normal untuk mendinginkan reaktor PLTN itu setelah hancurnya Bendungan Kakhovka pada Juni 2023.
Situasi di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia, PLTN terbesar di Eropa dan salah satu dari 10 terbesar di dunia, tetap tegang karena kekhawatiran terus berlanjut atas kemungkinan terjadinya bencana nuklir. Moskow dan Kyiv saling tuding terkait serangan-serangan di sekitar fasilitas tersebut.
Sejak 1 September 2022, personel IAEA hadir di PLTN yang telah berada di bawah kendali Rusia sejak Maret 2022 itu.
Baca juga: Donald Trump dan Putin sepakati gencatan senjata infrastruktur energi di Ukraina
Baca juga: Ukraina akan terima paket bantuan militer Rp3,4 T dari Prancis
Sumber: Anadolu