Kecil-kecil si cabe rawit dari Nusa Tenggara Timur itu adalah UMKM

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, UMKM

Kecil-kecil si cabe rawit dari Nusa Tenggara Timur itu adalah UMKM

Pelaku UMKM di NTT menjajakan dagangannya. (ANTARA/Gecio Vania.)

Kupang (ANTARA) - Kecil-kecil si cabe rawit, ungkapan yang bermakna meski fisiknya kecil tetapi mempunyai kemampuan yang tidak bisa dipandang remeh ini patut disematkan kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sebab, badan usaha tersebut terbukti mampu menjadi motor penggerak perekonomian di Tanah Air.

Bahkan, Presiden Joko Widodo dalam sejumlah kesempatan mengemukakan bahwa UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia namun juga ASEAN.

Hal ini terbukti pada saat COVID-19 melanda dunia, pemerintah Indonesia justru tak tanggung-tanggung memberikan insentif tambahan kepada para pelaku UMKM di Indonesia agar tidak gulung tikar di tengah pandemi tersebut.

Untuk menopang UMKM di Indonesia selama pandemi, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 123,46 triliun untuk UMKM dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hasilnya sejumlah UMKM di Indonesia tetap bertahan dan kini justru semakin mendunia.

Salah satu UMKM itu adalah Du Anyam yang kini produknya telah mendunia. Hanya dengan mengandalkan potensi alam yang ada di daerah, serta memberdayakan mama-mama di daerah, kini hasil karyanya telah merambah ke 50 negara.

Du Anyam merupakan salah satu pelaku UMKM yang fokus pada upaya pemberdayaan perempuan di pelosok Indonesia, yang telah melakukan pendampingan di Desa Wulublolong, di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur sejak tahun 2014. Du Anyam berkomitmen memberikan akses uang tunai dari pembelian produk karya tangan ibu penganyam dan memasarkan produk tersebut.

Hal tersebut dilakukan guna menggerakkan perekonomian lokal dan pemerataan pembangunan perekonomian yang berkelanjutan khususnya di Indonesia timur, sekaligus menciptakan sumber daya manusia yang unggul serta mendorong kesetaraan gender, kesejahteraan, dan ketahanan keluarga.

“Saat ini sudah ada 1.600 mama-mama yang kita berdayakan untuk menghasilkan anyaman yang bagus dengan bahan dasar daun lontar,”kata Co Founder Du Anyam, Hanna Keraf, di Jakarta, Selasa (16/7).

Mama-mama yang diberdayakan di desa tersebut beberapa di antaranya adalah para penyintas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TTPO), dan ada juga para perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

Ekonomi tidak hanya berputar pada mama-mama penganyam tetapi juga dari para pemanjat atau pengambil pohon daun lontar, para penyuwir, yang memasak daun lontar, lalu sampai ke mama-mama penganyam.

Perjalanan usaha Du Anyam terbilang sukses. Pada tahun 2018 Du Anyam dipercaya menjadi official Asean Games karena mampu mempertahankan kualitas tetap terjaga.

Hal yang paling utama bagi Du Anyam adalah konsistensi dalam menghasilkan anyaman, walaupun diminta dalam jumlah yang banyak sekalipun. Dari semula 1.000 produk yang dihasilkan, kini telah menjadi 10.000 produk.

Karena itu, untuk mempertahankan konsistensi karya, setiap tahun mereka memberikan pelatihan kepada 700 mama-mama guna mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada para mama-mama penenun.

Keberadaan Du Anyam tidak hanya pada bisnis, namun untuk memastikan agar karyanya tidak berhenti di kalangan dewasa saja. Mereka mengusulkan kepada Pemda Flores Timur agar ada kurikulum menganyam di SMK sehingga para siswa nantinya bisa mendapatkan hasil tambahan untuk biaya kuliah.

Banyak UMKM di NTT yang kini telah mendunia, beberapa di antaranya Coklat Gaura, Lamoringa, Biskuit Sorgum dan beberapa produk UMKM lainnya. Itu beberapa contoh UMKM yang kini telah menembus pasar luar negeri karena konsistensinya dalam menjaga kualitas dan menjaga kepercayaan pasar.

Jumlah UMKM di NTT pada tahun 2023 mencapai 168.002. Enam kabupaten di NTT yang memiliki UMKM terbanyak, yakni Kabupaten Sikka dengan 31.209 UMKM, Flores Timur 16.155 UMKM, Sumba Barat Daya 15.461 UMKM, Kabupaten Malaka 11.115 UMKM, Timor Tengah Utara (TTU) 10.806 UMKM dan terakhir Timor Tengah Selatan (TTS 10.455 UMKM.

Tantangan dan akses permodalan

Pemerintah terus berupaya memberikan dukungan bagi pengembangan UMKM, mengingat kontribusinya yang besar terhadap perekonomian nasional. Kementerian Koperasi dan UKM mencatat beberapa kendala yang sering dihadapi UMKM adalah pembiayaan dan permodalan serta akses pasar, pemasaran, maupun promosi produk.

Dukungan pemerintah itu di antaranya melalui kebijakan penurunan tarif pajak final untuk wajib pajak UMKM dan melalui program dana ultra mikro (UMi) yang dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) untuk membantu pelaku UMKM yang terkendala permodalan dan menciptakan lebih banyak wirausaha baru.

Berdasarkan data dari DJPB NTT dalam kurun waktu 2017 hingga awal Juni 2023, penyaluran pembiayaan UMi di NTT mencapai Rp408,11 miliar untuk 17.986 debitur. Penyalur UMi terbesar di NTT adalah PT PNM dengan 5.503 debitur dan nominal sebesar Rp300,65 miliar.

NTT patut berbangga karena sejumlah beberapa UMKM-nya kini sudah naik kelas hingga mampu menembus pasar hingga Sarinah Plaza di Jakarta. Beberapa UMKM itu adalah Sanggar Doka Tama dan Jalur Tenun Sumba yang produknya mampu melewati proses seleksi yang sangat ketat.

Manajer Fungsi Pelaksana Pengembangan UMKM, Keuangan Inklusi dan Syariah Bank Indonesia NTT Riki Winatha mengatakan bahwa UMKM memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian daerah karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan, menggerakkan ekonomi lokal dan inovasi serta kreativitas. UMKM sering kali menjadi sumber inovasi, menciptakan produk dan layanan baru yang unik dan bervariasi.

Namun demikian, hal yang terkadang menjadi kendala saat ini adalah mindset dari para pelaku UMKM itu sendiri mengenai masih terbatasnya akses permodalan, keterbatasan teknologi serta kesulitan dalam memasarkan produk.

Karena itu, kolaborasi antara pemerintah daerah dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya perlu ditingkatkan. Bank Indonesia NTT sendiri kini telah berhasil memfasilitasi beberapa pelaku UMKM di provinsi berbasis kepulauan itu agar produk-produknya bisa tembus hingga pasar internasional.

Hal ini dibuktikan dengan sudah diluncurkannya program onboarding UMKM 2024 pada Mei 2024 lalu dengan tujuan meningkatkan literasi dan kemampuan para UMKM di NTT serta daya saing di tengah era digital.

Sebanyak 44 UMKM yang telah onboarding. Kantor Perwakilan BI NTT secara selektif melakukan proses seleksi untuk UMKM yang menjadi peserta onboarding dan berhasil menjaring 20 UMKM peserta berdasarkan 12 indikator, yang dikategorikan menjadi potensial dan unggulan. Kategori potensial ditujukan untuk UMKM baru/pemula yang belum melakukan onboarding atau memiliki pemasaran daring yang belum optimal.

Onboarding UMKM merupakan salah satu program pengembangan UMKM dari BI berbentuk bimbingan teknis untuk mendorong UMKM Go-Digital.

Sedangkan kategori unggulan merupakan program lanjutan untuk UMKM dengan tujuan optimalisasi dan peningkatan kinerja di marketplace.

Sementara itu, Analis Senior Deputi Direktur Pengembangan Inklusi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Puji Iman Siagian menambahkan bahwa pembiayaan UMKM perlu difokuskan pada pembiayaan rantai produksi atau pasok.

Selain itu, diperlukan pula sinergi untuk usaha mikro dapat naik kelas menjadi UMKM, SDM serta infrastruktur Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang adaptif terhadap model bisnis UMKM, dan diperlukan edukasi keuangan kepada UMKM dalam bentuk pendampingan, seminar, maupun bentuk edukasi keuangan lainnya.