Pakar IPB Profesor Suprihatin minta pemerintah galakkan gerakan hemat air

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, hemat air

Pakar IPB Profesor Suprihatin minta pemerintah galakkan gerakan hemat air

Pakar lingkungan hidup Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Suptihatin. (ANTARA/Dokumentasi pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Pakar lingkungan hidup Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Suprihatin meminta pemerintah segera menginisiasi gerakan hemat air kepada masyarakat sebagai upaya jangka pendek mengatasi permasalahan krisis air bersih di berbagai daerah di Indonesia.

"Perlu adanya gerakan hemat air di berbagai aspek kehidupan," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, gerakan itu menjadi solusi jangka pendek mengingat kondisi berbagai sumber air baku, seperti danau, air tanah, dan mata air, mulai berkurang kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Gerakan itu harus dilakukan hingga level terbawah di pemerintahan agar efektif dan semangatnya sampai lingkungan rumah tangga.

Sebagai solusi jangka panjang, kata dia, perlu dilakukan konservasi berbagai sumber air, seperti dengan penghijauan dan resapan air hujan, serta penanganan perubahan iklim global.

"Pengembangan dan penerapan teknologi pengolahan dan daur ulang air juga menjadi aspek yang harus dilakukan," kata dia.

Ia mengatakan dampak krisis air bersih akan meluas jika musim kemarau berlangsung secara berkepanjangan.

Bukan hanya kekurangan air untuk keperluan memasak makanan, minum, keperluan sanitasi dan domestik lainnya, ucap dia, tetapi juga kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, serta pasokan air untuk pertanian yang dapat berakibat krisis pangan.

"Ancaman krisis air tidak dapat diatasi secara instan, tetapi harusnya diantisipasi jauh-jauh hari, jadi harus sistematik dan berkesinambungan untuk menjadi keberlanjutan sumber air," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indeks El Nino yang menjadi penyebab kemarau panjang saat ini pada nilai +1.504. Kondisi El Nino yang masuk dalam kategori moderat tersebut, diprediksi bertahan hingga awal 2024.

“Superposisi fenomena El Nino dan IOD (+) menyebabkan pertumbuhan hujan di wilayah Indonesia menjadi lebih sedikit dari normalnya, yang berkaitan dengan kondisi curah hujan rendah sebagai penyebab kekeringan di Indonesia,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Mapala se-UIR Kampanye Hemat Air dan Jaga Hutan dari Kebakaran

Baca juga: El Nino Segera Datang, Bupati Bengkalis Ingatkan Warga Hemat Air