Belajar membatik dari pengrajin Yogyakarta di Dekranasda Siak

id Batik, Siak, Yogyakarta, Dekranasda, belajar,batik siak

Belajar membatik dari pengrajin Yogyakarta di Dekranasda Siak

Dina ketika memperagakan cara membatik. (ANTARA/HO-Pemkab Siak)

Siak (ANTARA) - Batik berasal dari kata-kataombo dan titik. Ombo adalah sebuah motif yang lebar seperti gambar bunga, daun dan lain-lain. Sementara titik adalah isen-isen atau isian-isian pada ornamen-ornamen tertentu seperti gambar flora dan lain-lain.

Hal itu dikatakan tenaga pengajar di Balai Perlindungan Rehabilitasi Wanita pada Dinas Sosial Yogyakarta, Dina Isfandiary. Pada momen ini, dia berkesempatan berbagi ilmu pada pelatihan melukis dan mewarnai batik di Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Menurutnya, batik adalah proses penerapan lilin pada kain. Darah batik Dina sudah mengalir dari orang tua dan nenek buyutnya. Ia menularkan ilmunya di beberapa daerah di Indonesia.

Untuk di Siak, lanjut dia, karena waktunya singkat motif dan pewarnaan menggunakan bahan kimia yaitu rhemasol dan proses penyelesaiannya dengan sistem celup.

“Pesan saya adalah kalau membuat sesuatu yang menarik itu agar bisa dijual, sehingga kita harus melihat apa kebutuhan dan yang diminati konsumen/pasar,” ucapnya saat ditemui di Siak, Jumat.

Ia menceritakan proses membuat batik bagi peserta pelatihan di Siak. Pertama, siapkan kain putih (kain mori atau kain sutera), pensil dan kertas untuk membuat pola, canting, lilin dan pewarna rhemasol.

Kemudian, buat pola atau motif sesuai yang diinginkan pada kertas, lalu pola tadi dijiplak atau diterapkan pada kain dengan menggunakan pensil (njaplak). Setelah itu dicanting sesuai dengan pola menggunakan lilin, proses ini disebut klowong atau membuat bingkai pada pencantingan pertama.

Proses selanjutnya disebut nyolet atau memberikan warna pada motif yang dibingkai pada proses sebelumnya dengan kuas, jika menggunakan rhemasol maka fiksasinya menggunakan water glass. Sementara kalau menggunakan indigosol maka fiksasinya memakai HCl. Kemudian ditunggu hingga kering dengan cara diangin-anginkan.

Selanjutnya, kain tersebut direndam dalam wadah berisi air untuk menghilangkan water glass-nya. Nantinya akan muncul warna yang diinginkan. Setelah itu, warna yang muncul tadi ditutup dengan lilin.

Langkah berikutnya adalah memberikan warna dasar pada kain dengan pewarna napthol, dengan cara mencelupkan kain yang sudah diproses sebelumnya. Lakukan proses ini dengan baik sehingga warna bisa merata pada seluruh kain.

Terakhir adalah proses ngelorotyaitu proses meluruhkan atau merontokkan lilin dengan merendamkannya di dalam air mendidih kemudian diangin-anginkan sampai kering.

"Itulah mengapa kain batik tulis memiliki nilai dan harga yang lebih tinggi dibandingkan batik-batik lainnya. Proses pengerjaan satu kain batik tulis membutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelitian dari masing-masing pengrajin batik. Proses pengerjaan yang panjang dan rumit biasanya membutuhkan waktu yang lama," lanjut Dina.

Agar kain batik atau baju batik tetap terjaga keindahan warnanya, Dina memberikan beberapa tips khusus. Pertama, hindari mencuci batik dengan deterjen, ganti dengan shampobayi dan dikucek pelan-pelan.

Tidak dianjurkan menggunakan pewangi pakaian sebab dapat merusak serat kain. Setelah dicuci jangan diperas dan jemur ditempat yang teduh, kemudian pada saat menyetrika agar dilapisi dengan kain.

Tutup Pelatihan

Hingga hari terakhir, Dina selaku instruktur melihat perkembangan para peserta pelatihan. Ia bilang, ada yang desainnya bagus, dan ada yang sedang. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.

"Kita bina dan kita kelompokkan sesuai dengan kemampuan masing-masing, artinya semua hasil karya mereka tidak ada yang jelek. Namun bagaimana cara kita membuat produk yang tadinya dianggap gagal menjadi sebuah karya yang banyak diminati,” sebutnya.

Kegiatan penutupan pelatihan membatik.(ANTARA/HO-Pemkab Siak)


Ia berharap para peserta pelatihan tidak berhenti atau bosan, tinggal bagaimana pihak Dekranasda menyediakan bahan-bahan untuk mereka berlatih terus dan mengembangkan potensinya.

Wakil Ketua DekranasdaKabupaten Siak Ananda Laila Putri menutup pelatihan desain dan pewarnaan batik di Gedung Wanita, Siak Sri Indrapura. Ini adalah salah satu upaya untuk mengajak generasi muda menekuni membatik sebagai salah satu budaya bangsa. Salah satunya dengan cara memfasilitasi anak-anak muda untuk terjun secara langsung dalam praktik membatik.

“Ada pembukaan, ada penutupan, tentunya kita semua berharap akan ada episode selanjutnya dan ibu Dina serta pak Hamka bisa datang lagi ke Siak,” sebut Nandayang merupakan istri Wakil Bupati Siak ini.

Dengan adanya pelatihan tersebut,Nanda menginginkan tumbuhnya rumah-rumah produksi batik Siak yang dapat membuka lapangan pekerjaan. “Mudah-mudahan ini ke depannya bisa menjadi peluang bisnis sehingga membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi bagi pelaku usaha," harapnya.

Ia mengatakan kegiatan tersebut berjalan atas bantuan dari PT TGI RO III Pekanbaru yang dijembatani oleh Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Siak Amin Budyadi. Oleh karena itu, dirinya menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan.

Di kesempatan itu, Wakil Ketua Dekranasda Siak menyerahkan sertifikat kepada para peserta dan sekaligus menyerahkan cenderamata kepada narasumber. Selain itu, selaku narasumber, Dina Isfandiary juga memberikan sertifikat kepada seluruh peserta pelatihan.

Salah seorang peserta, Wahyu Fajri asal Siak mengatakan ada keasyikan tersendiri menggambar pola atau motif batik pada kain mori. Hingga proses mencanting dengan lilin yang sudah dicairkan.

“Dibutuhkan kesabaran dalam menggoreskan lilin agar tak keluar dari pola gambar. Sesekali lilin panas mengenai tangan, tapi tak menyurutkan semangat membatik,” ujarnya.

Wahyu berharap kegiatan tersebut menjadi awal kebangkitan sehingga bisa membuat karya-karya yang bagus. Jadi bisa mengangkat batik Siak dan mampu bersaing dengan batik daerah lainnya.

Senada dengan itu, Silviana Ramadani menuturkan dengan belajar membatik, ia menjadi tahu proses pembuatan kain batik yang ternyata tidak mudah. Belum semua orang mengetahui pembuatan batik itu. Oleh sebab itu, batik sebagai identitas budaya Indonesia harus dijaga dan dilestarikan.

“Setelah mencoba langsung, ternyata tidak mudah. Harus sabar dan fokus. Selain itu, sebagai generasi muda, kita harus bangga menggunakan batik, terutama batik Siak ini,” ujarnya.